Pemenang dua kali The International Dota 2, Anathan "ana" Pham, mengungkap alasan mengapa ia hanya terlihat aktif bermain jelang The International (TI) dan lebih memilih absen di musim regular Dota Pro Circuit (DPC). 
IDGS, Sabtu, 10 September 2022 - Bersama OG, pemain asal Australia berusia 22 tahun itu menjuara TI8 dan TI9 secara berturut-turut, namun satu hal yang tampak jelas dalam karirnya bersama OG, yakni dirinya hampir selalu absen di musim regular DPC.Ana bergabung kembali bersama OG pada 2018 untuk mengikuti kualifikasi terbuka TI lalu menjuarai TI8 sebelum kemudian absen di sepanjang DPC berikutnya. Ia kemudian kembali bergabung bersama OG di tahun 2019 tepat sebelum kualifikasi TI dimulai, dan kembali mengangkat trofi Aegis untuk kedua kalinya secara berturut-turut di TI9.
Ana lalu seperti biasa, absen di musim 2020/21 DPC dan sempat kembali bersama OG namun hanya sebentar saja sebelum kemudian ia mengumumkan pensiun dari eSports Dota 2.
Jelang penghujung musim DPC 2021/22, ana kembali sebagai stand-in di Team Liquid dan Royal Never Give Up dalam dua turnamen, sebelum kemudian bergabung dengan T1 dan bereuni dengan eks rekan setimnya di OG, Topias "Topson "Taavitsainen untuk menghadapi kualifikasi terbuka TI 11 Asia Tenggara.
Apa kira-kira alasan ana seperti enggan bermain di musim reguler DPC? Hal itu akhirnya ia ungkapkan dalam wawancaranya dengan jaxon.gg baru-baru ini.
Jaxon: "Apa alasanmu untuk memutuskan kembapi ke eSports Dota 2 tepat waktu untuk mengikuti kualifikasi TI 11?"
ana: "Sebagian karena DPC sangat buruk, dan saya tidak akan mempertimbangkan untuk bermain di mana pun kecuali TI dan beberapa turnamen yang diselenggarakan pihak ketiga untuk bersenang-senang kecuali mereka [Valve] mengganti [format] DPC."
Jaxon: "Bagaimana kamu dan Topson memutuskan kembali bermain di tim yang sama? Terutama bisakah kamu memberitahu kami mengapa kalian berdua bergabung dengan T1?"
ana: "March (coach Dota 2 T1) tengah mencari seorang pemain, kami lalu berbicara, dan saya lalu mengajak Topson dan dia dengan senang setuju."
Jaxon: "Kamu telah menjuarai dua TI bersama OG yang berbasis pada gaya permainan Dota 2 Eropa. Namun kini kamu akan bermain di T1 dengan gaya bermain Asia Tenggara. Apa opinimu sebagai seorang ahli pada kedua gaya bermain tersebut? Yang mana yang kamu lebih sukai?"
ana: "Gaya bermain benar-benar tergantung pada ide-ide dari pemain/tim dan saya telah bermain di Asia Tenggara dalam waktu yang cukup jadi sekarang saya merasa tidak terlalu banyak perbedaan."
Jaxon: "Apakah kamu berencana membawa sedikit cita rasa gaya bermain Eropa ke T1 bersama Topson? Apakah kamu percaya bahwa kombinasi gaya bermain Eropa/Asia Tenggara bisa memberi T1 keunggulan di kualifikasi regional TI 11?"
ana: "Mungkin, hanya hasil yang bisa menjawabnya."
Jaxon: Ada cukup banyak meme mengenai dirimu yang hanya muncul jelang TI setelah absen/pensiun di sepanjang tahun. Apa reaksimu mengenai hal itu?"
ana: "Yeah, apa gunanya bermain di DPC yang tidak berguna ketika kamu bisa menghabiskan sedikit waktu di kualifikasi. Jika berhasil, bagus, jika tidak, tidak masalah."
Jaxon: "Kamu telah meraih lebih dari apa yang seorang pemain impikan dalam beberapa tahun terakhir, meski hanya bermain secara kompetitif di akhir musim (jelang TI). Apa yang membuatmu mengungguli pemain-pemain lain meski tidak seaktif pemain pro lainnya" Keberuntungan, skill, atau keduanya?"
ana: "Mungkin dua-duanya dan berada dalam kondisi puncak di saat yang tepat."
(Stefanus/IDGS)