INDOGAMERS.ID Hasil gambar AI berkembang pesat dan telah menjadi kekhawatiran tersendiri bagi industri video gim di Cina dan ilustrator di belahan dunia. Tak sedikit ilustrator yang harus anjlok pendapatannya bahkan kehilangan pekerjaan karena AI image generator seperti Stable Diffusion dan DALL-E 2.
Melansir Rest of World, ilustrator freelance bernama Amber Yu biasanya dapat mengantongi 3.000 hingga 7.000 yuan (Rp 6,5 juta hingga Rp 15 juta) untuk setiap poster video gim ia ciptakan. Pekerjaan seperti ini diberi harga tinggi karena membutuhkan keahlian mumpuni dan memakan waktu.
Harga sepadan yang diterima dari hasil Yu menorehkan keahlian dan menguras waktunya, tampaknya masuki era kegelapan. Ia tak lagi mendapatkan pekerjaan yang sebelumnya ia biasa kerjakan. Yu sejak Februari hanya ditawari pekerjaan untuk memperbaiki kesalahan yang diciptakan dari hasil gambar AI dengan bayaran 10% dari bayaran yang biasa ia dapatkan.
Perkembangan hasil gambar AI memang membuat ketar-ketir. Perusahaan besar seperti Tencent hingga pengembang gim indie telah menggunakan AI untuk membuat desain seperti karakter dan backdrop, serta materi promosi lainnya.
Beberapa ilustrator mengatakan pada Rest of World bahwa mereka kini dalam fase membayangkan berapa lama lagi mereka mampu mempertahankan pekerjaan mereka. Kondisi ini membuat para ilustrator tersebut bercanda jika mereka harus beralih karir menjadi penjual bihun kaki lima.
Seniman video gim di Guagdong yang tak ingin disebutkan identitasnya karena takut diketahui tempat kerjanya, bercerita tentang beberapa ilustrator (di tempat kerjanya) yang berpikiran untuk mengakhiri karir mereka saja karena kemunculan gambar yang dibuat dengan AI, jalan kami mencari makan tiba-tiba saja dihancurkan.
Sebelumnya, mereka biasa menciptakan sebuah scene atau karakter dalam sehari. Namun dengan bantuan AI, mereka bisa membuat 40 per hari sebagai opsi yang akan dipilih oleh bos. Aku berharap bisa melenyapkan program (AI) tersebut, keluh seniman video gim di Guangdong tersebut.
Ia berpikir bahwa rasa takut akan pemecatan, telah membuat ia dan rekan kerjanya lebih kompetitif dan banyak yang bekerja lembur untuk menciptakan lebih banyak hasil. Selain membuat lebih produktif, ia mengakui bahwa hal itu juga semakin menguras energi mereka.
Kembali ke Amber Yu, ia berpandangan bahwa ini adalah kondisi keji, algoritma dilatih dari kumpulan data besar yang membutuhkan puluhan tahun bagi manusia untuk menciptakannya hampir menggantikan seniman itu sendiri.
Namun Yu berencana untuk melatih program AI dengan gambarannya sendiri untuk menambah produktivitas. Jika aku seniman tenar, aku mungkin bisa boikot (AI). Tapi aku butuh mengisi perut.
Asisten profesor di George Washington University, Jeffrey Ding, mengatakan pada Rest of World bahwa dalam kenyataannya, AI mungkin akan menggantikan banyak pekerjaan, tak hanya seniman, namun seperti pengacara dan jasa tulis.
(IDGS/deJeer)