Tencent Bersiap Tingkatkan Investasi Video Gim di Luar China

INDOGAMERS.ID Raksasa teknologi dan hiburan China, Tencent, saat ini sedang bersiap untuk meningkatkan investasi mereka di industri video gim di luar kandang mereka. Laporan ini diberitakan oleh Financial Times via PC Games Insider (26/4).

Dilaporkan bahwa pelebaran sayap investasi Tencent di luar China ini berfokus pada studio video gim di Eropa. Hal ini tak lain tak bukan berhubungan dengan kekhawatiran akan tensi geopolitik China dengan Amerika Serikat. Eropa adalah alternatif masuk akal untuk Tencent.

Kami tidak agresif dalam pengerahan modal di akhir tahun lalu dikarenakan ketidakpastian ekonomi makro di Eropa dan situasi politik (China) dengan Amerika Serikat, ungkap sumber Tencent pada Financial Times.

Bisnis gaming domestik Tencent mencapai angka 73% dari total pendapatan Tencent di sektor gaming tahun 2022. Di pertengahan awal 2022, Tencent juga menguasai 44% sektor online gaming di China. Namun Tencent khawatir Beijing akan mencegah dominasi bisnis domestik Tencent di negeri tirai bambu tersebut.

Sebagai pengingat, China pada 2021 lalu melakukan upaya pengaturan konten, serta perlindungan anak, termasuk tentang regulasi video gim. Contohnya saja pemangkasan jam bermain video gim bagi anak. Hal tersebut juga ditujukan untuk mencegah monopoli pasar domestik China.

Sempat menghentikan izin lisensi video gim untuk diterbitkan di 2021, China mulai kembali membukanya pada April tahun lalu. Di tengah masa itu, negara besar di Timur Tengah mulai menjadi rival untuk investasi bidang video gim global. Misalnya saja pembelian ESL Gaming oleh Savvy Gaming Group, Investasi PIF Arab Saudi di Capcom dan Nexon, hingga terbaru, raksasa esports China VSPO pun dibeli sahamnya oleh PIF Arab Saudi.

Usaha perlebaran sayap investasi Tencent ini memang dianggap adalah sebagai jalan persaingan domestik yang ketat. Namun memang hal ini tidak tanpa kekhawatiran. Mereka juga khawatir investasi luar negeri dilakukan ini akan menjadi pematik bagi Beijing untuk melakukan pengawasan regulasi lebih besar dan pemerintah menekan perusahaan untuk menguatkan ekonomi domestik.

Serba salah juga ya?


(IDGS/deJeer)

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI