Dari judul yang tertera saja ini sudah merupakan sebuah kontroversi. Bagaimana tidak? Ini seperti mengucilkan gamer yang bermain game pada platform PC. Blizzard memang sebelumnya telah mendapat pengakuan publik atas cara pemberatasaan game bajakan dengan strategi yang mereka terapkan yaitu DRM. Strategi tersebut terbilang cukup sukses untuk menekan tingkat pembajakan yang sangat besar dan tak dapat dihindari tersebut.
DRM merupakan salah satu strategi yang dikeluarkan oleh Blizzard dengan cara memberikan batas kepada setiap penggemar game untuk bermain game secara online saja. Cara ini memang terbilang ampuh. Sayangnya Blizzard beberapa saat mulai tidak tegas dengan strategi yang mereka keluarkan tersebut. Dimulai dengan Starcraft II yang sudah tidak menggunakan strategi ini, sekarang justru Diablo 3 akan datang dengan cara yang serupa. Hal ini tentu mengejutkan para gamer yang menggunakan platform PC, dan muncul banyak kritikan pedas untuk publisher tersebut.
Alasan mengapa hal ini bisa terjadi juga pada Diablo 3 belum dapat dipastikan secara nyata. Sulitnya konsol untuk menggunakan Battle.net diduga-duga menjadi alasan utama mengapa perusahaan mengambil langkah ini untuk para pengguna game konsol. Seperti yang dilansir pada JagatPlay, Direktur Produksi Blizzard, John Hight mengemukakan langkah yang ditempuh oleh Blizzard ini. Ia secara terbuka mengakui bahwa Diablo 3 versi Playstation 3 dan Playstation 4 mendatang tidak akan membutuhkan koneksi internet secara konstan untuk dapat dimainkan.
Tidak berhenti sampai disini saja, Hight juga mengatakan kalau game ini nanti akan ada nuansa multiplayer yang unik. Nanti setiap pemain dapat mengajak teman-temannya untuk bermain bersama-sama pada satu layar. Dibatasi hanya empat pemain saja, nanti gamer tetap akan bermain pada satu layar tanpa adanya pemisahan yang terbagi menjadi empat. Mereka akan tetap menatap satu satu layar besar dengan strategi zoom in-out camera.
Tanggal rilis dari Diablo 3 versi konsol sendiri memang belum mendapatkan kepastian. Namun melihat hal tersebut, tentu gamer PC akan semakin dirugikan dan merasa seperti dianak-tirikan. Lalu bagaimana publisher menyikapi masalah ini? Akankah mereka tetap menggunakan layanan online untuk pemain yang menggunakan platform PC? <bms>