Review Film Black Panther: Politik dan Drama Keluarga

Review Film Black Panther: Politik dan Drama Keluarga

Black Panther

Wakanda Forever!! Sebuah slogan yang langsung menempel di kepala ketika menonton film terbaru keluaran Marvel Studio. Diangkat berdasarkan nama karakter sebuah komik, Black Panther telah lama dinanti para penggemar.

Cerita Black Panther diawali dengan kisah raja T’Chaka yang telah meninggal di film Captain America: Civil War (2016) digantikan oleh anak sulungnya T’Challa. T’Challa yang masih muda, belum mengenyam pengalaman memimpin rakyat, dia merasa belum siap mengemban tugas sebagai raja Wakanda.

Wakanda adalah sebuah negara dengan teknologi paling mutakhir di dunia. Mulai dari kereta levitasi, pesawat tanpa awak, bahkan pengobatan tulang punggung yang biasanya harus berminggu-minggu, di Wakanda hanya beberapa jam. Kecanggihan Wakanda disebabkan adanya material vibranium yang mana material terkuat di bumi.

Bila dilihat dari film-film superhero biasanya, jalan cerita bakal lurus seperti one man show. Namun di film Black Panther, penonton akan dibawa kearah seorang pahlawan yang tidak begitu kuat secara fisik dan butuh pertolongan dari beberapa orang untuk memenangkan tujuan hidupnya menjadi raja.

Menjadi raja Wakanda membutuhkan proses politik yang unik. Diawali dengan anak raja sebagai calon, selanjutnya ditanyakan kepada perwakilan tiap suku apakah ada yang mau menentang anak raja, jika ada maka perwakilan tersebut akan bertarung secara adil dengan prinsip menyerah atau mati.

Erik Killmonger, salah satu musuh yang merupakan anak dari paman T’Challa memanfaatkan proses politik tersebut untuk menantang raja T’Challa. Mantan anggota militer penuh pengalaman bertarung langsung mengalahakan T’Challa tanpa ampun, dan jadilah raja Wakanda.

Black Panther

T’Challa yang tidak terima akan kekalahannya datang kembali ke kerajaan Wakanda untuk menantang Killmonger, dikarenakan waktu pertarungan sebelumnya T’Challa hanya dibuang ke jurang dan belum mati. Pertarungan kali ini dibantu oleh Shuri, Nakia, dan pasukan M’Baku untuk mengalahkan Killmonger beserta pasukannya. Bisa ditebak sendiri siapa yang menang, siapa yang kalah.

Dari segi visual, Marvel tidak begitu total mengerahkan segala kemampuan CGI yang dipunya. Pesawat, latar belakang pemandangan, dan para pemain belum bisa menyatu secara epik. Menutup kekurangan special effect, tim produksi menonjolkan kostum yang dipakai para pemain, penuh unsur kebudayaan benua Afrika. Tak ketinggalan pemilihan musik diisi oleh penyanyi kenamaan Kendrick Lamar yang mana membuat film Black Panther bernuansa orang kulit hitam.

Black Panther

Sisi akting para pemain Black Panther sungguh memukau. Chadwick Boseman dengan aksen Afrikanya membuat T’Challa begitu hidup. Nakia yang diperankan oleh Lupita Nyong’o terasa pas sisi romantisnya. Paling memukau akting dari Michael B. Jordan sebagai Erik Killmonger. Jiwa yang kelam, tingkah laku khas orang kulit hitam, dan tubuh kekar membuat dia patut diapresiasi lebih.

Secara keseluruhan, film Balck Panther cocok untuk mengisi akhir pekan. Namun perlu digaris bawahi, fillm ini mempunyai rating 17+. Penuh adegan pertarungan fisik, saling cabik dan pukul. Untuk kalian penggemar Marvel jangan sampai kelewatan dengan film yang satu ini, ada bocoran film Infinity War.

#tchallabelike #insearchofwakanda #blackpantherinme

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI