Pemilik OpTic Gaming Menilai PUBG akan Gagal Sebagai eSports

Pemilik OpTic Gaming Menilai PUBG akan Gagal Sebagai eSports

Pemilik sekaligus CEO dari OpTic Gaming, Hector 'H3CZ' Rodriguez

PUBG Akan Bernasib Serupa dengan H1Z1

IDGS, Rabu, 2 Dember 2018 - Seiring dengan keputusan OpTic Gaming membubarkan divisi PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG) mereka, Hector 'H3CZ' Rodriguez yang merupakan pemilik sekaligus CEO dari organisasi eSports tersebut mengungkapkan dalam vlognya bahwa menurutnya PUBG akan gagal sebagai (game) eSports. 

OpTic naik ke panggung eSports PUBG pada bulan November 2017 dengan menggaet roster dari Why Tempt Fate, namun kemudian mereka melepas roster tersebut pada 8 Desember 2018. 

"Dengan berita baru-baru ini bahwa (National PUBG League) akan dimulai dalam beberapa bulan ke depan, hal tersebut membuat kami harus benar-benar fokus pada kompetisi tersebut, dan sebagaimana kami lihat arah dari kompetisi tersebut berjalan membuat kami mempertanyakan kepercayaan kami akan game (PUBG) tersebut sebagai kompetisi eSports kompetitif namun juga format dan struktur dari liga itu sendiri," tulis OpTic dalam pernyataan mereka mengenai pembubaran divisi PUBG mereka. 

Di saat OpTic menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan arah yang diambil PUBG ke panggung eSports, Hector menggaris bawahi alasan yang lebih jelas akan keputusan timnya. 

"Dengan keadaan PUBG sekarang, dan bagaimana game ini bergerak kurang cepat, saya merasakan hal yang sama pada PUBG dengan yang saya rasakan akan (H1Z1)," tambahnya. Sekedar info, yang Hector maksud adalah H1Z1 Pro League yang akhirnya ditutup karena krisis finansial pada bulan November 2018. 

Pihak manajemen liga tersebut menginformasikan kepada para pemain dan manajemen dari setiap tim yang turut berkompetisi bahwa mereka akan menghentikan season kedua dari H1Z1 dan telah membebaskan seluruh pemain dari kontrak mereka lewat pesan tertulis. 

Keputusan tersebut tentunya disambut dengan kemarahan serta kekecewaan dari mayoritas komunitas eSports, yang khawatir para pemain dan personelnya berpotensi kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba. Di saat para pemain dan personel tim dijanjikan mendapat kompensasi akan pemberhentian liga, masih banyak dari mereka yang belum menerima apapun dari organisir liga H1Z1. 

Kasus H1Z1 menjadi pembuka mata bagi para pelaku industri eSports, bahwa tidak semua game memiliki aspek yang cukup untuk menjadi eSports. Di sinilah, Hector berpikir bahwa hal yang sama juga berlaku untuk PUBG. 

Rodriguez menilai bahwa liga PUBG kurang berkomunikasi dengan para pemainnya yang menyebabkan efek negatif bagi semua orang yang terlibat. Kasus yang sama juga pernah terjadi sebelumnya, ketika Blizzard Entertainment tiba-tiba saja mengumumkan mereka menarik seluruh dukungan untuk game MOBA mereka Heroes of the Storms sebagai sebuah game eSports. Kurangnya komunikasi antara Blizzard dan para pemain juga terjadi pada kasus ini. 

Meski begitu, masalah yang dihadapi PUBG berbeda dengan H1Z1 secara fundamental. Krisis finansial yang menimpa H1Z1 sebagian besar disebabkan karena kurangnya ketertarikan orang akan game ini baik sebagai game kasual atau eSports. 

Sedangkan PUBG masih jauh dari sepi, namun PUBG menghadapi kekhawatiran akan munculnya game-game battle royale serupa yang terus membanjiri pasar. Selain saingan terbesarnya Fortnite, PUBG juga harus menghadapi game-game lawas dengan basis komunitas besar yang turut mencoba genre battle royale seperti Call of Duty: Blackout dan CS:GO Danger Zone. (Stefanus/IDGS)


Sumber: Fox Sports Asia

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI