Dota 2: Tak Cukup Dilarang Tampil di Chongqing Major, Kuku Kembali Dilarang Berpartisipasi dalam WESG di Kota Chongqing

Dota 2: Tak Cukup Dilarang Tampil di Chongqing Major, Kuku Kembali Dilarang Berpartisipasi dalam WESG di Kota Chongqing

(Foto: Perfect World)

IDGS, Kamis, 14 Februari 2019 - Masalah yang menimpa pemain Dota 2 profesional Carlo "Kuku" Palad sepertinya tak hanya berhenti di Chongqing Major saja

Kuku terlibat kasus rasis di mana dia menggunakan kata-kata yang merendahkan orang Cina dalam sebuah permainan pub Dota 2. Tindakannya ini berbuntut pelarangan dirinya tampil dalam Chongqing Major bersama TNC Predator dan memantik protes dari komunitas Dota 2. 

Valve yang saat itu sama sekali tidak tidak ikut campur, tiba-tiba saja mengeluarkan sebuah pernyataan yang berisi bahwa sebenarnya Kuku tidak dilarang tampil OLEH pemerintah setempat (Chongqing) namun aksi TNC Predator yang menutupi kesalahan Kuku membuat Valve akhirnya resmi menjatuhkan larangan tampil di Chongqing Major bagi pemain asal Filipina itu. Tak hanya kehilangan sang kapten, salah satu sponsor utama TNC, JJB, memutuskan mengakhiri perjanjian sponsor mereka dengan TNC, yang tentunya dikaitkan dengan kasus Kuku tersebut. 

Di sini lah yang jadi masalah. Valve menyiratkan bahwa bukan pemerintahan Cina yang melarang Kuku tampil, dan melimpahkan kesalahan kepada TNC atas tidak bisa tampilnya Kuku di ajang Major kedua pada season 2018/19. Kini Chongqing Major telah usai, dan muncul masalah baru di mana sepertinya pernyataan Valve bahwa pemerintah Cina tidak melarang Kuku tampil itu bohong belaka. 

Pada Februari 2013, Alisports (anak perusahaan dari perusahaan raksasa Cina, Alibaba, yang bergerak di bidang olahraga) yang merupakan event organisir dari World Electronic Sports Games (WESG) menyatakan kepada Cybersport.ru bahwa Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Keamanan Publik di Chongqing, Cina telah resmi melarang kembali Kuku untuk tampil pada Grand Final World Electronic Sports Games (WESG) pada 7-17 Maret nanti

 

(Sumber: Cybersport.ru)

"Setelah menanyakan kepada Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Keamanan Publik di Chongqing, kami dengan berat hati memberitahu bahwa KUKU dilarang memasuki Chongqing untuk [menghadiri] event WESG sesuai dengan keputusan dari pemerintahan kota. 

Sebagai organisir turnamen, WESG [Alisports] mengikuti instruksi dari pemerintahan setempat. Ini adalah keputusan final."

Grand Final WESG 2018-2019 akan diadakan di Chongqing dengan total hadiah lebih dari US$2,5 juta (sekitar Rp. 35 milyar). Dota 2 merupakan salah satu cabang eSports yang akan dipertandingkan nantinya, pada 7-10 Maret dengan total hadiah mencapai US$ 890 ribu (sekitar Rp. 12 milyar).

Kuku yang sebelumnya hanya dilarang tampil di Chongqing Major, kembali dilarang tampil di WESG, dan kebetulan venue-nya juga bertempat di kota Chongqing. Apa kesimpulan orang? Tentunya bahwa pelarangan tampil Kuku di Chongqing Major memang benar adanya karena campur tangan pemerintah Cina, dan pernyataan Valve adalah omong kosong. 

Yang jadi masalah berikutnya adalah apakah Kuku akan kembali dilarang tampil di kompetisi tahunan terbesar Dota 2, The International 2019 yang akan digelar di Shanghai, Cina? Atau malah ia akan dilarang untuk berpartisipasi dalam seluruh kompetisi profesional yang bertempat di Negeri Panda itu? 

Setelah Alisports mengeluarkan pernyataan kontroversial itu, seorang pegawai Valve dengan nama DanielJ merespon pernyataan Alisports tersebut setelah komunitas Dota 2 mendiskusikan apakah pelarangan Kuku tampil di Chongqing Major adalah karena benar campur tangan pemerintahan setempat: 

(Sumber: Reddit)

"Informasi yang diberikan kepada kami pada saat itu (pre-Chongqing Major) adalah bahwa pemerintahan lokal mengekspresikan kekhawatiran yang signifikan akan keamanan [turnamen] dan kegaduhan sosial media, namun saat itu tidak ada pelarangan resmi bagi pemain yang diberitahukan kepada kami dan diskusi masih terbuka untuk menangani atau memperbaiki situasi. 

Kami tidak terlalu khawatir akan aspek keamanan pada saat itu, utamanya karena kami telah memiliki pengalaman menghadapi berbagai kekhawatiran dari pejabat-pejabat lokal [di berbagai turnamen] sebelumnya, dan masih ada beberapa jalan untuk menyelesaikan kekhawatiran-kekhawatiran ini. 

Akan tetapi kami tidak mengambil opsi-opsi penyelesaian masalah tersebut karena pada akhirnya kami rasa kurang pantas bagi Kuku untuk berparitisipasi [dalam Chongqing Major] karena timnya [TNC Predator] berusaha menutupi [kesalahan dan] permintaan maaf [dari Kuku]. Kam tak mendengar hal-hal lain setelah itu, jadi kemungkinan situasi telah berubah bagi [kota] Chongqing, namun kami tidak mengantisipasi masalah apapun untuk [The International 9 di] Shanghai." 

Dari pernyataan di atas, masih ada harapan bagi Kuku untuk bermain di The International 9. Pasalnya kebetulan grand final WESG juga diadakan di Chongqing, dan bahwa pelarangan kali ini dijatuhkan oleh pemerintahan lokal kota tersebut. Diharapkan pemerintahan Shanghai tidak akan memberlakukan pelarangan yang sama. 

Sehubungan dengan kasus Kuku, pada 8 November 2018, distributor Dota 2 eksklusif untuk Cina, Perfect World, mengumumkan bahwa pemain mana pun yang melakukan komentar-komentar rasis dalam event-event yang diadakan Perfect World akan didiskualifikasi, termasuk dengan seluruh tim dari pemain yang melakukannya. 

 

(Stefanus/IDGS)


Sumber: The Esports Observer

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI