Memahami Lebih Jauh Polemik Rp 15 Miliar Syarat Ikut MPL Season 4

Memahami Lebih Jauh Polemik Rp 15 Miliar Syarat Ikut MPL Season 4

Trofi juara MPL Season 3. (Bola.com/Yoppy Renata)

Perubahan itu bernama franchise league

IDGS, Selasa, 16 Juli 2019 - Dunia eSports di Indonesia tengah menapaki jalan baru. Maka tak aneh bila kontroversi serta penolakan akan jalan baru tersebut juga bermunculan, yang pasti perubahan itu cepat atau lambat akan tetap terjadi, atas nama kemajuan eSports Tanah Air. 

Turnamen Mobile Legends Professional League (MPL) Season 4 akan berubah sistem menjadi franchise league dari yang sebelumnya menggunakan sistem kualifikasi untuk menentukan pesertanya.

Konsep dari franchise league adalah tim-tim peserta diwajibkan turut berinvestasi ke dalam liga sebagai salah satu syarat utama menjadi peserta. Sehingga mereka juga menjadi seperti pemilik bersama dari liga atau turnamen tersebut dan berhak ambil bagian dari keuntungan-keuntungan yang diterima oleh kompetisi seperti dana sponsorship hingga keuntungan dari hak siar. 

Pada dasarnya konsep franchise league adalah agar tim-tim peserta kompetisi bersama-sama berkomitmen penuh  menjaga kualitas kompetisi, sehingga kompetisi tersebut dapat membiayai tim-tim peserta dengan stabil. Diharapkan dengan pendapatan yang stabil, maka kesejahteraan tim dan para pemainnya dapat terjamin sehingga baik tim-tim peserta maupun kompetisi dapat berlangsung lama dan menguntungkan semua pihak. 

Akan tetapi dengan pergantian sistem ini, MPL musim keempat tak lagi menerapkan kualifikasi untuk menjaring tim-tim terbaik Mobile Legends di Indonesia. Tidak ada lagi istilah gratisan untuk ikut turnamen, seperti musim-musim sebelumnya. Liga utama Mobile Legends di Indonesia bakal punya tim-tim permanen. Sebanyak delapan tim eSports yang telah membayar Rp 15 miliar akan memiliki posisi permanen di MPL.

 

Sistem franchise league dalam eSports

 

 

Penerapan sistem franchise league sudah terlihat di olahraga konvensional seperti NBA atau NFL di Amerika Serikat. di ranah eSports sendiri, sistem tersebut diterapkan oleh Activision Blizzard lewat Overwatch League yang diumumkan pertama kali pada November 2016. Overwatch League menawarkan para pemain kontrak dengan jaminan gaji minumum dan beberapa keuntungan lain seperti benefit kesehatan, uang pensiun, dan tempat tinggal.

Namun Masing-masing tim peserta Overwatch League harus membayar biaya franchise sebesar US$20 juta atau sekitar Rp 281 miliar. Jauh lebih besar dari Rp 15 miliar di MPL Season 4 Indonesia. 

Ada juga Riot Games telah mengumumkan penerapan franchise league pada turnamen game League of Legends di Eropa dan Amerika Utara. Bagi Riot, perubahan ke sistem franchise bertujuan mengembangkan liga dalam jangka panjang. Riot meminta tim-tim peserta turnamen untuk membayar US$10 juta (sekitar Rp 140 miliar) bagi tim peserta yang telah ada dan US$13 juta(sekitar Rp 182 juta) untuk tim baru baru.

 

Kontroversi 15 miliar

Yang membuah pergantian sistem kompetisi MPL ini jadi heboh dan begitu viral di dunia gaming Indonesia, bahkan sampai ke telingan awam sekalipun, adalah ketika Louvre — salah satu tim dengan prestasi dan nama mentereng di eSports Mobile Legends Indonesia, dinyatakan tak dapat mengikuti MPL Season 4 karena disebut terlambat menyelesaikan pengajuan keikutsertaan. 

Louvre pun meradang, di satu sisi mereka merupakan runner-up MPL Season 3 sekaligus runner-up Mobile Legends Southeast Asia Cup (MSC) 2019. Praktis, absennya mereka di Season 4 nanti akan membuat kualitas kompetisi kemungkinan besar menurun meski belum ketahuan seberapa signifikan. Sedangkan dari segi biaya, Louvre sendiri telah siap membayar dana Rp 15 miliar yang merupakan salah satu syarat utama menjadi peserta MPL Season 4 dan telah memiliki sponsorship serta infrastruktur yang siap mendukung perjalanan mereka. 

 

Detik-detik kekalahan Louvre eSports atas ONIC dalam Grand Final MPL Season 3. (Bola.com/Yoppi Renata)

Erick Herlangga selaku pemilik Louvre Esports pun seperti kebakaran jenggot hingga ia membuat petisi di Change.org untuk meminta bantuan dari Presiden Jokowi, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Kepala Bekraf Triawan Munaf, dan komunitas Mobile Legends Indonesia menentang sistem franchise league yang ia sebut sebagai "bayar Rp 15 M untuk slot" serta membantunya bermediasi dengan Moonton

Erick bahkan sempat meminta Moonton selaku pengembang dari Mobile Legends sekaligus penyelenggara kompetisi MPL untuk mengakuisisi tim eSports miliknya saking frutasinya. 

 

Erick Herlangga tengah menghibur pemainnya setelah kekalahan di Grand Final MPL Season 3 atas ONIC. (Louvre Esports)

Nominal Rp 15 miliar yang diserukan Erick Herlangga inilah yang jadi heboh di komunitas gamer Indonesia. Pasalnya angka sebesar itu terdengar asing bagi mayoritas gamer yang merasa bahwa harga itu kemahalan "cuma" demi menjadi peserta suatu kompetisi eSports. Sebagian besar dari mereka mendukung Erick Herlangga meski hanya sebatas bersuara saja. 

 

Reaksi Moonton

Moonton sendiri tak menampik bahwa setiap peserta MPL Season 4 diwajibkan membayarkan US$1 juta (sekitar Rp 15 miliar). Namun perusahaan asal China itu menolak disebut menerapkan praktik jual-beli slot kompetisi seperti yang disiratkan oleh Erick Herlangga. 

Moonton meluruskan bahwa apa yang mereka terapkan di MPL Season 4 adalah sistem franchise league yang sudah dijelaskan di atas. 

"Dengan investasi satu kali secara bersama-sama sebesar Rp 15 miliar per tim dan investasi dari Moonton, banyak inisiatif akan direncanakan dan diluncurkan dalam waktu dekat yang akan bermanfaat bagi komunitas eSports Indonesia," jelas Moonton. 

Toh, buktinya, delapan tim (sembilan, bila menyertakan Louvre) bersedia membayarkan nominal Rp 15 miliar demi menjadi salah satu peserta MPL Season 4. Daya tarik serta antusiasme Mobile Legends di Indonesia memang sangat besar hingga mengalahkan gaung game-game mobile MOBA maupun genre lainnya seperti battle royale. 

Meski belum diumumkan siapa saja tim peserta MPL Season 4, menurut kabar burung kedelapan tim itu adalah Aerowolf, Alter Ego, EVOS, RRQ, Geek Fam Indonesia, Bigeron, Onic dan Aura. 

 

(Stefanus/IDGS)


Sumber: kumparan 1/2

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI