Game Online Berpotensi Rugikan Keuangan Indonesia?

null

Benarkah aliran uang keluar akibat game online dapat berdampak signifikan?

IDGS, Jumat, 29 Maret 2019 - Melansir cnbcindonesia.com, menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara, aliran dana ke luar negeri lewat transaksi game online secara tidak langsung dapat membebani Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

Untuk informasi, NPI merupakan cerminan dari aliran uang yang masuk dan keluar dari Indonesia. Jika kita rakyat Indonesia melakukan impor atau membeli barang dari luar negeri, tentu saja uang yang dibayarkan akan keluar dari Indonesia, dan begitu pula sebaliknya. Nah NPI itu adalah rekaman dari seluruh transaksi yang melibatkan hampir seluruh penduduk Indonesia.

Bila catatan NPI nilainya negatif, itu berarti lebih banyak uang keluar dari pada uang masuk atau besar pasak dari pada tiang.

"Kalau kita main game itu kelihatan enggak di NPI? Sekarang sih enggak, tapi yang pasti uang Indonesia keluar," ungkap Mirza. "Mungkin hanya setengah dolar, tapi kalau yang main dua juta orang, ya itu uang keluar untuk games itu."

 

Kasus yang sama terjadi pada game online. Dalam berbagai jenis game sekarang ini, terutama yang ada di platform mobile, hampir selalu ditemukan model transaksi, seperti in-app purchase atau pay-to-play.

Contoh paling populer akhir-akhir ini adalah di dalam game PlayerUnknown's Battleground (PUBG) Mobile di mana para gamer membayarkan sejumlah uang untuk mendapatkan barang atau item yang sifatnya hanya kosmetik alias hanya mengubah penampilan tanpa memengaruhi permainan.

Uang yang digunakan para gamer Indonesia untuk membeli item-item kosmetik itu lari ke publisher game terkait, yang sayangnya mayoritas belum punya kantor resmi yang berbasis di Indonesia.

Contoh lain juga adalah Mobile Legends: Bang Bang di mana Moonton sebagai pengembang game tersebut baru mendirikan cabang resmi di Indonesia pada September 2018 lalu. Artinya sejak pertama kali masuk Indonesia pada 2016 silam, seluruh uang yang dikeluarkan pemain dari Indonesia lari ke luar negeri, atau dalam kasus Mobile Legends ini adalah China.

Hampir semua uang dari industri game lari ke luar negeri

Sebuah lemaga riset Newzoo mencatatkan total pendapatan industri game di Indonesia pada tahun 2017 mencapai US$ 880 juta atau setara Rp 11 trilyun. Dengan jumalh tersebut, Indonesia tercatat sebagai pasar industri game terbesar ke-16 di dunia.

Namun mirisnya adalah, menurut penelitian oleh pengembang game lokal Indonesia bernama Agate, pangsa pasar game Indonesia hanya sebesar 0,4%!!! Artinya, pengembang game lokal hanya kebagian jatah US$ 3,52 juta, sedangkan US$ 876,4 juta lari ke luar negeri!

 

Game Online Berpotensi Rugikan Keuangan Indonesia?

(Source: Black Shark.com)

Melihat data NPI tahun 2018, uang senilai US$ 876,4 juta memang masih terbilang kecil, 0,4% dari total nilai impor barang tahun 2018. Namun kecilnya perputaran uang masuk ke Indonesia dari sektor game merupakan tanda bahaya bagi negara kita.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Newzoo, jumlah pemain game di Indonesia tahun 2017 ditaksir mencapai 43,7 juta. Melihat pesatnya perkembangan game dan eSports di Indonesia dalam dua tahun terakhir, sudah pasti jumlah tersebut telah dan akan terus meningkat dengan pesat.

Newzoo memperkirakan bahwa pada tahun 2021, pertumbuhan pasar game global akan tumbuh mencapai US$ 180,1 milyar. Ini artinya sejak 2018, pasar game global akan tumbuh sebesar 47% hingga 2021. Mengacu pada tren global, maka pada 2021 berpotensi ikut tumbuh menjadi US$ 1,2 milyar.

Maka dari itu lah, pemerintah seharusnya lebih memerhatikan perkembangan industri game yang tengah pesat-pesatnya berkembang. Bila pengembang game lokal mau pun pelaku industri game lokal tidak diberi ruang serta dukungan yang memadai untuk mengejar ketinggalan, maka bisa dipastikan potensi aliran dana ke luar Indonesia akan semakin besar hingga bisa saja mengancam ekonomi nasional.

 

(Stefanus/IDGS)


Sumber: cnbcindonesia.com

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI