Indogamers.com - Candy Crush Saga jadi fenomena global yang menarik minat jutaan pemain di seluruh dunia. Mengapa game ini bisa bikin pemain kecanduan?
Observer melaporkan, Candy Crush Saga menempati peringkat ketiga dalam daftar aplikasi terpopuler yang diakses via media sosial Facebook, hanya kalah dari Spotify dan Pinterest.
Bahkan, di antara semua aplikasi yang wajib login pada tahun 2018, termasuk Tinder dan YouTube, tiga versi Candy Crush menempati jajaran sepuluh besar.
Adapun game garapan King yang sekarang sudah diakuisisi oleh Activision tersebut juga jadi game seluler terpopuler sepanjang masa di HP Android, dengan rerata pendapatan nyaris 200 juta dolar AS(Rp3,1 triliun) per kuartal.
Baca Juga: Pastor Kecanduan Candy Crush, Mario Kart dan Pokemon Go, Habiskan Uang dengan Jumlah Fantastis
Analis pasar Sensor Tower mencatat, pada 2018 perputaran uang untuk transaksi Candy Crush mencapai 4,2 juta dolar AS (Rp67 miliaran) per hari, naik signifikan dari tahun sebelumnya.
Kepopuleran Candy Crush kemudian bikin banyak pakar khawatir terhadap dampak negatifnya.
Adam Alter, profesor New York University yang fokus mengkaji perilaku adiktif bilang kalau Candy Crush bisa menguras waktu luang pemain yang mestinya dihabiskan untuk aktivitas bermanfaat atau berinteraksi dengan orang lain.
Baca Juga: 4 Game Penghasil Saldo Dana yang Terpercaya, Waktu Luang Jadi Makin Produktif
Desain game Candy Crush menghadirkan hadiah-hadiah kecil, membuatnya sangat adiktif, di mana pemain sering kali merasa tertarik untuk terus main demi mencapai level paling sulit.
"Ibarat satu narkoba habis, Anda segera mencarinya lagi," kata Alter.
Alter juga menyoroti kemiripan perilaku pemain Candy Crush dengan perilaku pecandu judi slot. Keduanya sama-sama didorong harapan untuk mendulang hadiah.
Alter menggarisbawahi, Candy Crush secara esensial memanfaatkan psikologi hadiah buat mempertahankan ketertarikan pemain.
Secara garis besar, itulah yang bikin banyak pemain kecanduan game Candy Crush.***