Indogamers.com - Game Troubleshooter: Abandoned Children jadi perbincangan di kalangan komunitas karena JRPG rilisan tahun 2020 tersebut tidak kunjung punya fitur kencan waifu.
Developer akhirnya angkat bicara soal ketiadaan fitur ini.
Berikut beberapa hal yang perlu kamu tahu mengapa fitur kencan belum hadir di game Troubleshooter: Abandoned Children.
1. Popularitas Game
Game Troubleshooter: Abandoned Children mengumpulkan lebih dari 8.000 ulasan positif di platform Steam.
Walau begitu, pemain memperhatikan dan mengkritik karena fitur sistem kencan yang sering terlihat di game JRPG lain belum ada di game tersebut.
2. Kritik dari Pemain
Seorang pemain di Steam menyebut game ini sebagai "game yang sangat bagus" dan lebih kompleks ketimbang game X-COM.
Di sisi lain, seperti dijelaskan sebelumnya, pemain juga mengkritik kurangnya sistem kencan waifu.
Hal ini menunjukkan bahwa meski game dari Dandylion ini panen ulasan positif, beberapa pemain masih merasa ada yang kurang.
Baca Juga: Kalahkan Fortnite, Minecraft Jadi Game Paling Disukai Anak SD Jepang
3. Pengakuan Jujur dari Developer
Dandylion mencoba menanggapi kritik tersebut dengan jujur.
Mereka mengakui bahwa tim pengembang tidak memiliki pengalaman dengan sistem kencan.
"Anggota tim kami... tak berpengalaman dengan itu (sistem kencan), bahkan di kehidupan nyata...." ujar Dandylion pada 6 Mei 2024.
4. Respon dari Komunitas
Komentar jujur dari Dandylion dapat respons positif dari komunitas. Sekitar 90 pemain menandai balasan dari pengembang sebagai "Lucu."
Komentar tersebut juga tersebar di platform X dan mendapat ragam tanggapan.
Salah satu pengguna, @BenPielstick, berkomentar, "Kami bisa bikin fitur untuk menunggang naga, tetapi tidak bisa pergi kencan, karena kami tak punya pengalaman dengan itu."
Baca Juga: Hanya Butuh 3 Tahun dari Peluncuran, Resident Evil Village Tembus Penjualan 10 Juta Copy
Kencan memang sulit, terutama di era saat ini, di mana orang-orang cenderung sibuk bekerja, penuh kecemasan, dan takut membuat kesalahan yang bisa tersebar luas di media sosial.
Maka dari itu, kejujuran dan keterbukaan developer asal Korea Selatan tersebut patut dihargai.***