Indogamers.com - Tahun 2024 tampaknya akan dikenang sebagai salah satu tahun yang suram dalam industri game. Banyak studio besar yang sebelumnya diidolakan oleh para penggemar kini menuai kekecewaan karena judul-judul game mereka dinilai membosankan.
Salah satu studio yang merasakan dampak terbesar adalah Ubisoft, yang sepanjang tahun ini terus mengalami kemunduran baik dari sisi finansial maupun reputasi akibat rilis game yang kurang memuaskan.
Di tengah perbincangan hangat tentang Star Wars Outlaws dan Assassin's Creed Shadows, banyak yang sudah melupakan awal dari kejatuhan Ubisoft di tahun ini: Skull and Bones.
Game bertema bajak laut dengan label “AAAA” ini telah dikembangkan selama lebih dari satu dekade. Namun, seorang YouTuber bernama Endymion baru-baru ini mengungkapkan bahwa Ubisoft diduga telah menghabiskan anggaran fantastis, antara Rp10 triliun hingga Rp13 triliun, untuk pengembangan Skull and Bones, jauh di atas anggaran game Concord yang berkisar antara Rp779 miliar hingga Rp6,2 triliun.
Baca Juga: Haze Reverb: Game RPG Taktis Anime Siap Dirilis, Pre-registrasi Dibuka di Android dan iOS
Menurut Endymion, angka tersebut jauh lebih tinggi dari laporan sebelumnya yang menyebutkan angka Rp3 triliun. Proyek ini dikabarkan telah melalui beberapa perubahan besar selama bertahun-tahun, yang menyebabkan lonjakan biaya.
Disadur dari 80 Lv pada Senin, 7 Oktober 2024, hal ini diduga menjadi salah satu penyebab utama masalah finansial Ubisoft saat ini, bukan karena Outlaws dan Shadows seperti yang banyak orang perkirakan.
"Skull and Bones adalah kegagalan besar bagi Ubisoft. Inilah alasan sebenarnya mengapa mereka berada dalam situasi sulit seperti sekarang. Bukan karena Outlaws dan Shadows, jika Anda mempercayainya. Mereka telah menginvestasikan sumber daya yang luar biasa besar ke dalam game ini, dan hasilnya tidak sebanding," ujar Endymion.
Baca Juga: Cara Main 8 Ball Pool di HP untuk Pemula dan Aturan Dasar Permainan Billiard
Namun, seperti biasa dengan laporan yang bersumber dari informasi anonim, klaim ini belum bisa dikonfirmasi sepenuhnya. Meskipun demikian, mengingat lamanya waktu yang dihabiskan Ubisoft untuk mengembangkan game ini, serta dukungan finansial dari waralaba sukses mereka seperti Far Cry dan Assassin's Creed, dugaan bahwa mereka menggelontorkan lebih dari Rp3 triliun terasa masuk akal, meskipun angka tersebut tampaknya sulit untuk dikembalikan hanya dari penjualan game.
Pada awal 2024, tanda-tanda kesulitan Ubisoft sudah terlihat, terutama setelah data menunjukkan hanya sekitar 850.000 pemain yang mencoba Skull and Bones di minggu pertama rilisnya, banyak di antaranya hanya memanfaatkan uji coba gratis. Setelah itu, game tersebut segera mengalami penurunan harga yang drastis.
Yang lebih mengecewakan, game "AAAA" ini tidak hanya mendapatkan penilaian yang buruk (3,3/10 di Metacritic), tetapi juga gagal mempertahankan minat pemain dan dengan cepat tenggelam dalam ketidakjelasan setelah rilis.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Game Tinju Undisputed, Grafis Mendekati Nyata, Tampilkan 70 Petarung Top Dunia
Ubisoft pun hampir tidak menyebutkan game ini dalam laporan keuangan mereka atau pernyataan resmi lainnya. Meskipun Ubisoft masih bungkam soal angka penjualan pasti, Skull and Bones saat ini hanya memiliki sekitar 350-400 pemain harian di Steam.
Meski game ini juga tersedia di Xbox dan PlayStation, angka tersebut jelas menggambarkan situasi yang sulit: sebuah bencana besar. Dengan kondisi seperti ini, satu-satunya harapan Ubisoft tampaknya terletak pada keberhasilan Assassin's Creed Shadows.
Namun, mengingat game tersebut ditunda hingga tahun 2025, banyak pihak yang berspekulasi bahwa Ubisoft mungkin akan diakuisisi oleh pengembang yang lebih besar.***