5 Fakta Terbaru di Balik Tekken 8 Dihujani Review Negatif

Tekken 8. (Sumber: Steam)

Indogamers.com - Tekken 8 kembali jadi sorotan, kali ini bukan karena gameplay mengesankan, tetapi akibat kontroversi DLC terbaru.

Ulasan di Steam anjlok setelah gelombang review negatif menghantam judul ini.

Per Kamis (10/10/2024) rating game Tekken 8 di Steam hanya 6/10, menunjukkan ulasan "Mixed."

Berikut lima fakta terbaru yang perlu kamu tahu di balik hujan review negatif tersebut, merujuk laporan The Gamer.

1. Tahap Baru Berbayar

DLC baru Genmaji Temple di game Tekken 8. (Sumber: Tekken)

Kontroversi dimulai usai DLC baru Genmaji Temple dirilis dengan harga 4.99 dolar AS atau sekitar Rp48.000.

Banyak gamer merasa keberatan karena tahap ini tidak termasuk dalam DLC pass tahunan.

Padahal mereka sudah membayar lebih untuk konten tambahan.

2. Tak Masuk Year 1 DLC Pass

Tekken 8. (Sumber: Bandai Namco)

Para pemain yang telah membeli DLC pass mengira Genmaji Temple akan termasuk dalam paket tersebut.

Namun, kenyataannya, mereka masih harus keluar duit lagi untuk mendapatkan DLC tersebut, sehingga memicu kemarahan di kalangan gamer Tekken 8.

Baca Juga: Nintendo Rilis Jam Alarm Seharga Rp1,5 Juta, Harganya Dianggap Overprice

3. Review Negatif di Steam

Logo Steam. (Sumber: Steam)

Setelah DLC rilis, ulasan Tekken 8 di Steam langsung jatuh menjadi "Mixed" yang jadi indikasi ketidakpuasan dari para pemain, terutama terkait kebijakan monetisasi yang dianggap berlebihan.

4. Battle Pass Tambah Beban Biaya

Tekken 8. (Sumber: Bandai Namco)

Selain tahap berbayar, game Tekken 8 juga memperkenalkan battle pass atau fight pass.

Pemain merasa sistem ini lebih cocok untuk game free-to-play dibanding dengan game yang harganya sudah 69.99 dolar AS (Rp1,1 juta).

Trik macam ini dianggap menambah beban biaya gamer untuk menikmati konten penuh.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Resto Waffle House yang Viral Diminta Penggemar Hadir di Tekken 8

5. Model Monetisasi Kontroversial

Tekken 8 akan dirilis 24 Januari 2024

Tekken 8 bukan satu-satunya game fighting yang menghadapi kritik atas monetisasi.

Game-game tarung lainnya sekarang cenderung beralih ke model live service, di mana karakter dan konten tambahan cuma bisa dibuka melalui DLC atau battle pass.

Banyak gamer mengeluh, merindukan era ketika karakter bisa dibuka dengan bermain game saja, bukan dengan membayar.***

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI