Indogamers.com - Hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat yang berlangsung 5 November 2024 disebut bisa berdampak signifikan terhadap industri game.
Kebijakan Donald Trump dan Kamala Harris di masa lampau menunjukkan perbedaan.
Berikut lima alasan hasil Pilpres AS 2024 berpotensi mempengaruhi industri game, merujuk laporan terbaru dari IGN.
1. Kekerasan dalam Game
Kekerasan dalam game sering jadi sorotan dalam perdebatan politik.
Pada 2012, Trump pernah mengkritik video game, menyebut kekerasan dalam game berkontribusi pada perilaku negatif anak muda.
Pada 2018, dia menemui para pemimpin industri untuk membahas dampak game terhadap kekerasan dunia nyata, selepas maraknya kasus penembakan massal di AS.
Di sisi lain, Harris memiliki sejarah lebih kompleks. Saat masih menjabat sebagai Jaksa Agung California, ia terlibat dalam kasus Brown v. Entertainment Merchants Association pada 2011.
Kasus Harris mempertanyakan pembatasan penjualan game kekerasan kepada anak-anak.
Saat itu Harris mendukung regulasi ketat peredaran senjata, tetapi pandangannya terhadap kekerasan dalam game kurang jelas.
2. Pengembangan dan Regulasi AI
Isu kecerdasan buatan (AI) kian relevan di industri game.
Pemerintahan Biden yang didukung Harris telah mengeluarkan AI Bill of Rights serta kebijakan melindungi pekerja dari dampak negatif AI, misal risiko PHK.
Harris juga mendukung pembentukan United States AI Safety Institute untuk memastikan keamanan penggunaan AI.
Di sisi lain, Trump cenderung mendukung inovasi AI tanpa banyak regulasi. Pada masa jabatannya, ia meluncurkan inisiatif AI yang mendorong penelitian dan pengembangan, tapi kurang menekankan pada perlindungan pekerja.
Jika Trump terpilih kembali, kemungkinan besar akan ada lebih banyak investasi AI tanpa batasan ketat. Ini menguntungkan perusahaan game, tetapi berisiko bagi para pekerja.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Capres AS Pakai Game Fortnite untuk Kampanye Pilpres
3. Perlindungan Konsumen dan Privasi Data
Perlindungan konsumen, termasuk privasi data dan kepemilikan digital, menjadi isu penting di dunia game.
Harris saat masih menjabat Wakil Presiden, mendukung Federal Trade Commission (FTC) untuk mengatasi praktik perlindungan konsumen dan menegakkan aturan terkait pembatalan langganan dengan mudah.
Sebaliknya, Trump pada masa jabatannya menunjukkan pendekatan longgar terhadap perlindungan konsumen, misal, menghapus aturan netralitas internet.
Jika terpilih kembali, pendekatan terhadap privasi data dan perlindungan konsumen diprediksi tidak akan terlalu ketat.
4. Kebijakan Antitrust
Industri game saat ini tengah menghadapi konsolidasi besar-besaran, seperti akuisisi Microsoft terhadap Activision Blizzard.
Harris diprediksi melanjutkan kebijakan antitrust yang ketat, sejalan dengan pemerintahan Biden yang sudah berusaha membatasi merger besar.
Tujuannya yakni menghindari monopoli yang merugikan pengembang kecil.
Di sisi lain, Trump sempat meluncurkan penyelidikan antitrust pada perusahaan besar, tapi fokusnya lebih pada deregulasi.
Ada indikasi Trump mendukung kebijakan antitrust, tapi banyak pendukung utamanya anti-regulasi, sehingga tindakan konkretnya masih diragukan.
Baca Juga: Square Enix Ubah Strategi Rilis Game, Ternyata Ini Alasannya
5. Ekosistem Game dan Investasi Teknologi
Baik Trump maupun Harris beda pandangan soal investasi teknologi.
IGN menyebut, Trump cenderung support pengembangan teknologi pakai pendekatan pasar bebas minim regulasi, sementara Harris mendukung pendekatan seimbang antara inovasi dan regulasi ketat.
Siapa pun yang menang, dampaknya akan dirasakan oleh semua pihak di industri game, dari pengembang sampai gamer.***