Indogamers.com - Suchir Balaji, eks peneliti OpenAI, ditemukan meninggal dunia pada 26 November 2024 di kediamannya di San Francisco, Amerika Serikat.
Kasus kematiannya yang diduga karena bunuh diri sedang ramai diperbincangkan. Sebab, beberapa bulan terakhir sebelum ditemukan meninggal, dia diketahui aktif menyuarakan pelanggaran hak cipta oleh perusahaan Generative AI seperti OpenAI.
Berikut lima fakta menarik tentang Suchir Balaji, merujuk Sportskeeda dan BBC.
1. Meninggal di Usia Muda
Balaji ditemukan meninggal di rumahnya setelah polisi melakukan pemeriksaan atas laporan dari teman dan kolega.
Hingga kini, polisi tidak menemukan tanda-tanda adanya "permainan kotor" terkait kematian sosok berusia 26 tahun tersebut.
Baca Juga: 5 Fakta Penting di Balik Kasus Gugatan Elon Musk ke OpenAI, Ada Masalah Apa?
2. Kerja di OpenAI Empat Tahun
Balaji gabung dengan OpenAI pada 2020 sebagai anak magang setelah lulus dari University of California, Berkeley, jurusan ilmu komputer.
Ia bekerja di OpenAI sampai Agustus 2024, terlibat dalam pengembangan teknologi AI, termasuk ChatGPT.
3. Suarakan Dugaan Pelanggaran Hak Cipta OpenAI
Pada Oktober 2024, Balaji membuat cuitan di X yang menyoroti potensi pelanggaran hak cipta oleh perusahaan Generative AI, termasuk OpenAI.
Ia menulis, produk AI generatif bisa bikin produk pengganti yang bersaing dengan data dasar dari pelatihnya.
Menurut Balaji, hal macam ini tidak sesuai dengan konsep fair use.
Baca Juga: 4 Fakta Terbaru Pencipta PUBG PlayerUnknown Pemerkan Game Open-World Baru Seukuran Bumi
4. Wawancara New York Times
Dalam wawancara dengan The New York Times yang terbit pada 23 Oktober 2024, Balaji mengaku ia baru menyadari kalau ada potensi pelanggaran tersebut usai ChatGPT dirilis pada 2022.
Ia bahkan menyebut, "Jika Anda percaya seperti yang saya percaya, Anda harus meninggalkan perusahaan ini."
5. Kerjakan Proyek Pribadi
Setelah meninggalkan OpenAI pada 2024, Balaji tidak bekerja di perusahaan lain. Ia fokus pada proyek-proyek pribadinya dan tetap aktif menyuarakan pandangannya via blog dan media sosial.
Adapun kematian Balaji akhirnya memicu spekulasi, terutama terkait klaimnya tentang perusahaan AI generatif yang dianggap melanggar hak cipta.***