Indogamers.com - Beberapa studio game besar kian mengutamakan kualitas grafis saat menggarap game.
Namun, seiring dengan peningkatan kualitas tersebut, biaya produksi pun semakin membengkak.
Merujuk Forbes pada Senin (30/12/2024), Sony dan Microsoft bersama studio besar lainnya macam Naughty Dog, CD Projekt Red, Rockstar Games, dan Guerrilla Games, terus memprioritaskan grafis realistis.
Strategi ini memang berhasil mengubah tampilan game, dari dua dimensi jadi grafis tiga dimensi yang lebih detail.
Baca Juga: 5 Fakta di Balik Biaya Gila-Gilaan yang Mengancam Industri Game
Namun, biaya pembuatan game dengan grafis semacam ini semakin tinggi.
Salah satu contohnya yakni Spider-Man 2 yang dirilis untuk PS5 pada 2023.
Game ini menampilkan Peter Parker dalam kostum ikoniknya yang melompat di antara gedung pencakar langit New York City.
Bahkan, pantulan sinar matahari di game tersebut sangat akurat.
Biaya pengembangan game Spider-Man 2 mencapai 300 juta dolar AS, tiga kali lipat lebih dibanding biaya Spider-Man yang dirilis pada 2018.
Meski sukses di pasaran dengan penjualan lebih dari 11 juta kopi, Sony akhirnya terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja 900 pegawainya pada Februari 2024.
Hal ini berdampak pada pengembang game di Insomniac, bahwa keuntungan dari pembuatan game tersebut makin tergerus.
Baca Juga: 5 Waralaba Game Paling Sukses yang Mendominasi Dunia Gaming, Mana Favoritmu?
Jacob Navok, mantan eksekutif di Square Enix, berpendapat bahwa game dengan grafis realistis lebih menarik bagi gamer berusia 40 tahun ke atas.
Sebaliknya, gamer yang lebih muda justru cenderung lebih tertarik pada game dengan grafis sederhana seperti Minecraft, Roblox, atau Fortnite.
Menurut Joost van Dreunen, analis pasar dan profesor di New York University, aspek sosial lebih penting bagi gamer muda, di mana main game jadi alasan untuk kumpul dengan orang lain.***