Indogamers.com - Polisi Korea Selatan menggerebek kantor Dynamis One pada 24 Februari 2025.
Penggerebekan dilakukan usai studio game tersebut mencuri data game MX Blade milik Nexon.
Berikut tujuh fakta penting di balik kasus ini, merujuk Automaton dan Game Developer.
1. Dynamis One Curi Data Rahasia Nexon
Investigasi mengungkap, Dynamis One memperoleh materi pengembangan MX Blade secara ilegal.
MX Blade merupakan proyek game yang belum diumumkan oleh Nexon.
Data ini diduga dicuri sebelum para pendiri studio Dynamis One keluar dari Nexon.
2. Didirikan Eks Developer Blue Archive
Dynamis One dibentuk pada April 2024 oleh sekelompok mantan karyawan Nexon.
Di antaranya termasuk Park Byeong-rim, sosok yang sebelumnya bertanggung jawab atas pengembangan game Blue Archive.
Baca Juga: Jadwal Rilis Game Maret 2025 Lengkap, Ada Kejutan Apa Bulan Ini?
3. Polisi Gerebek Kantor dan Sita Bukti
Pada 24 Februari 2025, Seoul Metropolitan Police Agency melakukan penggerebekan di kantor Dynamis One.
Polisi menemukan bukti bahwa eksekutif Dynamis One membawa data Nexon setelah meninggalkan perusahaan.
4. Project KV Dibatalkan
Pihak Dynamis One mengumumkan game pertama mereka, Project KV, September 2024.
Namun, game ini menuai kecaman karena dianggap meniru Blue Archive, baik dari desain karakter maupun dunia game.
Akibatnya, proyek tersebut dihentikan hanya seminggu setelah diumumkan.
5. Eksekutif Dynamis One Didakwa
CEO Park Byeong-rim dan petinggi Dynamis One lainnya kini menghadapi tuntutan hukum karena melanggar Undang-Undang Pencegahan Persaingan Tidak Sehat.
Tuduhan tersebut semakin memperkuat dugaan bahwa mereka menyalahgunakan data Nexon.
Baca Juga: Rekomendasi 7 Game Simulasi Paling Aneh di Steam, Nyeleneh Banget!
6. Nexon Kecam dan Siap Melawan
Nexon menyebut kasus pencurian data ini sebagai kejahatan serius yang berpotensi merusak industri game.
Mereka berkomitmen untuk bekerja sama dengan kepolisian dan memperketat sistem keamanan internal guna mencegah insiden serupa di masa depan.
7. Mirip Sengketa Nexon vs. Ironmace
Nexon sebelumnya pernah menghadapi kasus serupa dengan Ironmace, studio yang didirikan oleh mantan karyawan mereka.
Pada 2021, Nexon menuduh pendiri Ironmace menggunakan kode sumber perusahaan untuk mengembangkan game Dark and Darker.
Pengadilan akhirnya memutuskan Ironmace bersalah atas pelanggaran rahasia dagang, lalu memerintahkan mereka membayar 8,5 miliar won atau Rp91 miliar sebagai ganti rugi.***