Epic Games Serukan Ajakan Melawan Dominasi Apple di Pasar Mobile

null

Fortnite Mobile telah ditarik dari iOS App Store dan Android Google Play, mendorong Epic Games sebagai pengembang game battle royale itu untuk menggugat Apple dan Google secara hukum dan berpotensi mengakibatkan perubahan besar dalam lansekap industri video game. 

IDGS, Sabtu, 15 Agustus 2020 - Pada 13 Agustus, Epic merilis Fortnite Mega Drop yang terdiri dari dua komponen. Yang pertama adalah diturunkannya harga dari V-Bucks (kurs in-game Fortnite untuk membeli skin, battle pass, dll) sebesar 20% untuk semua platform Fortnite. Diskon tersebut langsung bisa dinikmati bagi para pemain Fortnite di PC, PS4, Xbox One, dan Nintendo Switch, namun berbeda cerita dengan mereka yang memainkannya di iOS dan Android.

Komponen kedua adalah Epic berusaha membut segala proses pembayaran bisa dilakukan para pemainnya langsung dari dalam game ke Epic dan melewati skema pembayaran dari App Store dan Google Store.

Seperti yang sudah kita ketahui, baik Google dan Apple sama-sama mengambil porsi pemasukan sebesar 30% dari segala pemasukan yang diterima aplikasi-aplikasi di platform mereka. Dan karena cara yang ditempuh Epic tersebut dianggap melanggar peraturan mereka, Fortnite pun ditarik dari App Store dan Google Play.

Epic geram dan meluncurkan gugatan hukum dengan tuduhan pelanggaran anti-trust terhadap Apple dan Google. Keputusan itu diambil Epic karena meski para pemain lama yang sudah memiliki Fortnite masih bisa memainkan game itu di perangkat mereka dengan berbagai cara, namun bagi pemain baru, mereka tidak akan bisa lagi memainkan Fortnite.

Selain itu Epic juga merilis sebuah video pendek yang menampilkan parodi iklan lawas Apple "1984" di mana mereka menyatakan bahwa "Epic Games telah membangkang dari Monopoli App Store. Sebagai balasannya, Apple memblokir Fortnite dari miliaran perangkat. Bergabunglah untuk menghentikan 2020 menjadi 1984," disertai tagar #FreeFortnite.

https://youtu.be/euiSHuaw6Q4

 

Pada dasarnya, Epic berpendapat bahwa Apple menempatkan para developer aplikasi pada posisi yang tidak menguntungkan, apalagi dalam situasi pandemi global seperti sekarang ini di mana Apple dianggap tidak berniat membantu para pelaku bisnis kecil demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari praktik yang disebut Epic sebagai "monopoli" tersebut.

Epic tidak sendirian. Facebook juga turut memprotes mekanisme pembayaran Apple yang memaksa pemotongan 30% terhadap pemasukan para developer di platform iOS, bahkan hingga layanan jasa streaming seperti seminar dan kelas online juga dikenai pemangkasan hasil tersebut.

Masih ada Spotify yang sudah lama bergelut dengan Apple dan bahkan telah menggugat perusahaan teknologi itu. Mereka bahkan memuji langkah Epic Games untuk melawan dominasi Apple.

https://twitter.com/pkafka/status/1294015916313894919?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1294015916313894919%7Ctwgr%5E&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.gamespot.com%2Farticles%2Ffortnites-ios-android-ban-and-epics-apple-google-l%2F1100-6480913%2F

Lalu ada juga BlueMail, Tinder, hingga Valve (lewat CEO-nya Gabe Newell alias Gaben).

Dalam sebuah interview dengan Edge pada awal tahun ini, Lord Gaben berbagi kekhawatirannya akan praktik yang diterapkan Apple di App Store.

 

Lord Gaben rupanya juga kurang suka dengan monopoli Apple. (photo/WCCFTech)

"Kami khawatir bukan karena kompetisi, namun oleh orang-orang yang mencoba menyelesaikan kompetisi itu sendiri sebelum dimulai," ungkap Gaben.

Seperti apakah nantinya perang antara raksasa teknologi seperti Apple dan Google melawan para developer? Semoga saja para pengguna seperti kita tidak jadi korbannya sih ya.

 

(Stefanus/IDGS)

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI