Tahukah kamu bahwa paten dari industri gaming, meski mengandung banyak ide-ide futuristik, terkadang juga tidak masuk akal? 
IDGS, Rabu, 3 Maret 2021 - Pada dasarnya, pihak pendaftar paten dalam hal ini perusahaan mendaftarkan paten untuk mengamankan suatu ide yang dihasilkan oleh departemen riset dan pengembangan, entah ke depannya ide itu akan digunakan atau tidak. Setidaknya, berjaga-jaga sejak awal lebih baik daripada gigit jari ketika idenya sukses saat dipakai rival bukan?Mendaftarkan paten merupakan suatu hal yang sangat penting dan sering dilakukan terutama bagi departemen riset dan pengembangan dari perusahaan-perusahaan produsen konsol gaming, seperti Microsoft dan Sony.
Ide tidak jauh dari imajinasi, dan yang namanya imajinasi, memang bisa menjalar ke mana-mana, yang seringkali tidak masuk akal pada suatu era namun bisa jadi suatu terobosan besar bagi umat manusia di era ke depannya nanti. Itulah kenapa, tak jarang paten yang didaftarkan terkesan terlalu out of the world.
Controller PlayStation 5, DualSense yang terhitung canggih, namun ide Sony yang lain sepertinya lebih canggih lagi.. (Amazon.co.uk)
Nah bicara soal ide yang tidak masuk akal, kali ini kita akan berpaling kepada paten yang didaftarkan Sony terkait idenya akan game controller."Akan lebih diinginkan apabila seseorang dapat menggunakan perangkat murah, sederhana, non-elektronik sebagai peripheral video game. Penyingkapan saat ini berusaha menanggulangi atau setidaknya meringankan masalah-masalah yang diidentifikasikan di atas," bunyi pernyataan Sony dalam aplikasi paten yang baru-baru ini dipublikasikan.
Dan apa jawaban Sony? Buah pisang!
Gambar ilustrasi penggunaan buah pisang sebagai controller video game dalam paten Sony. (appft.uspto.gov)
Dari aplikasi paten tersebut, Sony mendeskripsikan suatu metode yang bisa bekerja pada "segala benda yang tak memancarkan cahaya yang dipegang oleh pengguna." Bisa saja gelas, pena, atau buah-buahan seperti pisang seperti preferensi sang pencetus ide tersebut.Bagaimana cara kerjanya? 
Sebuah kamera akan mengambil gambar dari benda di tangan pengguna, lalu men-track benda itu berdasarkan piksel, kontur, dan/atau warna alih-alih QR code seperti pada teknologi tracking pada umumnya. Lalu suatu game dapat disesuaikan untuk mengenali benda itu sebagai controller atau pra-konfigurasi di mana pihak pembuat konsol menentukan benda-benda apa saja yang bisa digunakan sebagai controller kepada pengguna.Aplikasi paten Sony itu mendiskusikan berbagai cara untuk mendeteksi pergerakan tiga dimensi dari benda tersebut (pisang sebagai contoh dalam gambar) untuk menentukan aksi apa yang ingin dilakukan pengguna, entah pause, start, bergerak ke kiri atau ke kanan, dan sebagainya.
Tak hanya itu, paten Sony tersebut juga menyebutkan kemungkinan menggunakan "Controller Dua Obyek" yang artinya pengguna bisa bermain menggunakan dua pisang secara dual-wield. Mungkinkah sang pencetus ide adalah penggemar dari Kirito? Entahlah.
Gambar ilustrasi penggunaan dua buah pisang sebagai controller "dual-wield" video game dalam paten Sony. (appft.uspto.gov)
Dalam aplikasi itu juga disebutkan kemungkinan memegang dua buah jeruk sebagai controller setir mobil dalam gim balapan atau yang memungkinkan pemain mengendarai kendaraan.
Pastinya paten ini memang out of the world untuk saat ini, namun belum tentu di masa depan jadi tertawalah sekarang sebelum nanti mungkin Sony benar-benar berhasil mewujudkannya!
(Stefanus/IDGS)