logo

Review Season Pertama Anime DOTA: Dragon's Blood

Stefanus Wahyu
Sabtu 27 Maret 2021, 09:57 WIB

Perjalanan panjang salah satu gim online paling dikenal, kompetitif, sekaligus kontroversial, akhirnya membuahkan serial adaptasi anime yang tayang di Netflix. Apakah Dragon's Blood pantas mewakili Dota 2?

IDGS, Sabtu, 27 Maret 2021 - Bermula sebagai map mod di Warcraft III, DotA (Defense of the Ancients) berkembang menjadi salah satu "gim" eSports yang disegani hingga melahirkan genre MOBA. Valve kemudian mengambil alih dan memisahkan DotA dari "ibunya", Warcraft III meski diiringi kontroversi serta tuntutan hukum dari Blizzard selaku pengembang trilogi Warcraft.

Di tangan Valve, DotA yang sebelumnya hanya merupakan bagian dari Warcraft III seperti terlahir kembali, menjadi gim yang mandiri dengan jati dirinya sendiri dengan nama Dota 2.

Tangan dingin Valve, terutama dalam mengakomodasi panggung eSports profesional Dota 2, melahirkan turnamen eSports sekelas The International yang telah berjalan selama satu dekade sekaligus dikenal sebagai salah satu turnamen eSports dengan total hadiah tertinggi di dunia.

Tak berhenti sampai di eSports, Valve kini mencoba membawa brand Dota 2 ke media lain yang tak kalah populernya dari video gim, yakni anime. Dan untuk itu, pengembang gim yang dikenal berkat Half-Life dan Counter-Strike itu berpaling pada Netflix demi mewujudkan ambisi tersebut.

 

(Atas) Slyrak. (Bawah Ki-Ka) Mirana, Davion, Marci. (Netflix)

Mengambil judul DOTA: Dragon's Blood, season pertama dari adaptasi anime Dota 2 ini terdiri dari total 8 episode, masing-masing berdurasi 26 menit telah resmi dirilis di Netflix pada 25 Maret 2021. Pertanyaannya, apakah Dragon's Blood pantas mewakili dunia dan lore dari Dota 2, sekaligus memenuhi ekspektasi para pemain dan penggemarnya?

Sebagai penggemar anime sejak usia belasan tahun sekaligus penggemar Dota 2 sejak zaman DotA hingga sekarang, penulis akan berusaha menghindari bias dalam memberi review, tidak condong ke anime ataupun condong ke Dota 2. "Mengharapkan tontonan yang berkualitas tanpa harus mengerti anime maupun Dota 2 terlalu dalam", kira-kira seperti itu.

Penulis juga akan menghindari spoiler penting sehingga kaiian yang belum menonton anime Dota 2 tidak perlu khawatir. Yuk langsung saja kita mulai!

Overview

Sebagai adaptasi dari Dota 2, tentunya hal pertama yang diperhatikan sebagian besar penonton salah satunya adalah kesamaan cerita di dalam anime dengan versi gimnya..

Pembukaan dari Dragon's Blood menyuguhkan asal-usul dari dua kubu yang merupakan musuh abadi bagi satu sama lain, yakni Radiant dan Dire yang terkait erat dengan Primordial Mind (pemikiran purba).

 

Terrorblade dalam Dragon's Blood. (Netflix)

Terrorblade,, seorang demon yang tengah dihukum di Foulfell dengan hukuman melihat pantulan dirinya sendiri, menemukan ide menuju kebenaran (Truth). Kebenaran yang dimaksud adalah jalan menuju kekuatan kreasi yang dimiliki Primordial Mind.

Menilik narasi dari awal episode 1 Dragon's Blood, latar belakang Terrorblade cukup sesuai dengan lore-nya di dalam gim Dota 2. Meski di versi anime, ia belum diperlihatkan bebas dari Foulfell, tempat yang disebut-sebut sebagai nerakanya neraka.

Hal yang kurang lebih sama juga ditemui pada karakter-karakter utama seperti Davion dan Mirana dengan sedikit perbedaan.

Dalam Dragon's Blood, Davion tidak sengaja bertemu dengan Slyrak, seekor Eldwurm (naga). Sedangkan dalam lore Dota 2, Davion dikisahkan telah mencari-cari Slyrak dalam waktu yang lama, kemungkinan karena dendam pribadi. Peran tersebut diambil alih oleh Kaden, seorang Dragon Knight legendaris yang di versi anime, disebutkan sebagai idola dari Davion.

Tidak banyak perbedaan dari latar belakang Mirana di anime dengan di gimnya. Hanya saja di versi anime, Mirana ditemani oleh seorang pelayan wanita bernama Marci karakter yang tidak eksis di dalam Dota 2.

 

(Netflix)

Bagaimana dengan Invoker? Sosok hero yang satu ini digambarkan agak berbeda dengan lore-nya di Dota 2. Invoker di Dragon's Blood juga sama-sama dikenal sebagai seorang pengguna magic terbaik, hanya saja ia dimusuhi oleh para Elf di Nightshade Woods akibat hubungan misteriusnya dengan Dewi Bulan, Selemene. Selain itu, sosok Invoker di anime digambarkan lebih manusiawi di mana ia pernah memiliki seorang putri bernama Filomina.

Dari segi usaha untuk mengadaptasi berbagai aspek dari Dota 2 ke anime, bisa dibilang Dragon's Blood tidak mengecawakan. Sejumlah monster serta karakter yang ada di gimnya juga dapat ditemui di sini, seperti Luna dan Shopkeeper.

 

(Netflix)

Berbagai tempat yang ada di dunia Dragon's Blood juga menggambarkan perbedaan mencolok antara Radiant dan Dire, memberi atmosfer khas bagi para pemain Dota 2.

Beberapa karakter juga diperlihatkan menggunakan kemampuan-kemampuan yang tidak asing lagi bagi para penggemar Dota 2, seperti:

  • Davion Elder Dragon Form: Di anime, Davion tidak hanya bisa berubah menjadi seekor naga secara utuh, namun ia juga dapat berubah ke wujud semi-naga di mana ia masih memiliki wujud humanoid namun lebih kuat dari wujud manusianya.

 

Davion dalam wujud humanoid dragon. (Netflix)

  • Mirana Starstorm: Versi di anime agak berbeda dibanding gimnya, di mana Mirana melesakkan satu anak panah ke arah bulan purnama yang kemudian turun menjadi hujan anak panah ke arah musuh.
  • Luna Lucent Beam: Kemampuan yang diperlihatkan Luna di anime sama persis dengan di gim.
  • Terrorblade Reflection: Mirip dengan versi aslinya di gim, namun refleksi yang dihasilkan di anime dapat diserang oleh musuh.
  • Terrorblade Metamorphosis: Tak jauh beda dengan versi aslinya di gim.

Ketika Mirana dan Marci menemui Shopkeeper untuk mengetahui keberadaan bunga-bunga teratai Selemene yang dicuri, terlihat banyak item-item yang tidak asing lagi bagi para pemain Dota 2:

  • Vanguard
  • Headdress
  • Morbid Mask
  • Seer's Stone
  • Scythe of Vyse
  • Staff of Wizardry
  • Tranquil Boots
  • Gem of Truesight yang diberikan Shopkeeper kepada Mirana

 

(Netflix)

 

(Netflix)

 

(Netflix)

 

Selain di toko milik Shopkeeper yang misterius, Davion juga sempat "memuntahkah" Ring of Regen.

 

(Netflix)

Town Portal Scroll yang dalam animenya, digunakan oleh Bram asisten (squire) dari Davion.

 

(Netflix)

Secara garis besar, Dragon''s Blood mampu menggambarkan dunia Dota 2 ke dalam format anime, dan beberapa penyesuaian yang diterapkan tidak (terlalu) merusak esensi dari Dota 2 itu sendiri.

Worldbuilding Skor: 8/10

Dunia Dragon's Blood sepertinya mengambil konsep hierarki dunia serta terdapat beberapa lapisan alam eksistensi (planes of existence). Dari yang penulis tangkap sejauh ini dari 8 episode, terdapat setidaknya tiga alam atau dunia, yakni alam di luar batasan ruang dan waktu, alam jiwa (spiritual plane), dan alam materi (material plane).

Setelah "bersatu" dengan Slyrak, Davion sempat memasuki alam jiwa di mana ia bertemu dengan para naga yang mewakili berbagai aspek atau elemen. Invoker juga diperlihatkan menemui Selemene di alam jiwa.

Sedangkan alam materi atau dikenal juga sebagai dunia fisik (physical world) merupakan tempat di mana realita berada, tempat segala eksistensi yang tercipta dari materi eksis.

Penggunaan hierarki dunia serta planes of existence ini menunjukkan bahwa dunia dalam Dragon's Blood dan juga Dota 2, sangat kompleks dan mungkin susah dipahami bagi penonton awam. Namun hal itu tidak terlalu memengaruhi kenikmatan menonton karena pada dasarnya, konsep hierarki dunia serta planes of existence berada pada level yang terlalu tinggi untuk memengaruhi cerita terlalu sering. Dua konsep ini ada sebagai pondasi dari dunia Dragon's Blood, di mana kisah Davion dan Mirana dalam dunia itulah yang menjadi fokus dari anime ini.

Dari segi penggambaran berbagai wilayah, seperti yang dibahas sebelumnya, Dragon's Blood menggambarkan perbedaan khas antara Radiant dan Dire lewat topografi dari berbagai wilayah. Tempat-tempat seperti wilayah kekuasaan manusia atau Nightsilver Woods tempat para pemuja Selemene tinggal menggambarkan Radiant yang terkesan cerah, indah, dan terang. Sedangkan di beberapa tempat lain kental dengan nuansa kematian, putus asa, serta horor yang khas dengan Dire.

 

(Netflix)

 

(Netflix)

Sedangkan dari gaya bangunan, kultur, serta masyarakatnya, Dragon's Blood kurang lebih menggambarkan era medieval di dunia nyata kita di mana bahasa-bahasa kasar sering digunakan dalam berinteraksi, penggunaan tembok tinggi untuk melindungi pemukiman, penggunaan busur dan anak panah yang dominan, serta perlakuan yang tidak mengenakkan kepada kaum wanita eksis di sana. Maka dari itu, Dragon's Blood rasanya agak kurang pantas ditonton oleh anak-anak tanpa pengawasan orangtua, terutama karena banyaknya adegan berdarah di dalamnya.

 

(Netflix)

Pengecualian adalah gaya bangunan dari para Elf, terutama pemuja Selemene, serta Invoker, di mana mereka memiliki selera bangunan yang terbilang estetis nan modern dibandingkan bangunan buatan manusia. Sedangkan para Elf yang diasingkan karena menolak memuja Selemene memilki kultur yang lekat dengan alam dan lebih terkesan seperti ras Elf di berbagai cerita mitologi di mana mereka tinggal serta membangun rumah mereka di dalam hutan.

 

Kolam teratai di Nightsilver Woods. (Netflix)

 

Menara tempat Invoker tinggal selama seribu tahun. (Netflix)

 

Rumah kaum Elf yang menolak menyembah Selemene. (Netflix)

Dari segi kekuatan bagi karakter-karakter humanoid seperti ras manusia dan Elf masih termasuk kategori "bisa dimaklumi". Level kekuatan Davion sebelum bersatu dengan Slyrak kurang lebih 3-4 kali dari kekuatan pria dewasa pada umumnya di dunia nyata. Sedangkan akurasi tembakan panah Mirana, well, Elf sendiri dikenal sebagai pemanah ulung di film-film fantasi, seperti Legolas di Lord of the Rings misalnya.

Kaden menjadi pengecualian, di mana armor yang ia kenakan terbuat dari bagian tubuh berbagai jenis naga memberinya kemampuan jauh melebihi manusia biasa di dunia Dragon's Blood, sehingga ia pantas disebut sebagai manusia terkuat sejauh ini, mengesampingkan Davion jika berubah menjadi Slyrak.

Sedangkan kekuatan Invoker, para naga, Selemene, maupun Terrorblade masuk kategori jauh di atas Davion, Mirana, dan Marci. Sayangnya belum terlihat jelas sampai batas mana tingkatan kekuatan karakter-karakter abnormal itu.

Adegan pertarungan juga dibuat serealistik mungkin untuk karakter-karakter "normal" seperti Davion dan Mirana. Terutama Mirana yang dalam beberapa adegan memanah, dibantu oleh Marci yang berperan sebagai spotter. Duet penembak jitu (sniper) dan spotter ini eksis di dunia kita, dan telah diterapkan di militer modern sebagai standart divisi penembak jitu.

 

(Netflix)

Sayangnya durasi tiap episode serta jumlah total episode yang terbatas, Season pertama dari Dragon's Blood kurang bisa memperlihatkan kedalaman dunianya lebih jauh lagi, terutama alam di luar alam materi.

Story Skor: 7/10

Bermula dari pencurian bunga-bunga teratai yang merupakan sumber kekuatan dari Selemene serta perburuan wyrmling oleh Davion, Mirana dipertemukan dengan sang Dragon Knight.

Sang Princess of the Moon, ditemani oleh Marci dan tunggangannya, Sagan, memiliki misi menemukan kembali bunga teratai yang dicuri dari kolam di pusat Nightsilver Woods.

 

Fymryn saat mencuri bunga teratai Selemene. (Netflix)

Sedangkan Davion yang awalnya mengira dirinya hanya perlu memburu wyrmling, tak sengaja bertemu dengan naga legendarts Slyrak pertemuan yang akan mengubah total hidupnya kemudian. Ia juga sempat bersingunggan dengan Terrorblade meski tidak secara langsung.

Total terdapat tiga sudut pandang mayoritas di Dragon's Blood: Davion, Mirana, dan seorang Elf wanita bernama Fymryn yang mencuri bunga teratai Selemene. Dari ketiganya, Davion dan Mirana mendapat porsi lebih, sedangkan Fymryn yang kehilangan tempat tinggal, kekasih, dan sahabatnya karena invasi para Elf dari Nightsilver Woods atas perintah Selemene, mendapatkan porsi paling sedikit. Hanya saja sepertinya ia akan mendapat perhatian lebih di Season 2 nanti.

 

Aksi Fymryn mencuri bunga teratai Selemene memicu tragedi pada kampung halamannya. (Netflix)

Awal mula cerita yang sederhana, namun seiring dengan Mirana dan Davion berusaha mencari solusi akan masalah mereka masing-masing, berbagai pihak mulai melibatkan diri dalam cerita dan plot demi plot bermunculan di mana pada akhirnya Davion dan Mirana hanya bisa memercayai satu sama lain, plus Marci dan Sagan.

Dari segi laju cerita, Dragon's Blood terkesan agak terburu-buru untuk segera mengungkap setiap plotnya. Sedangkan mayoritas atmosfer terasa dari 8 episode di Season 1 adalah ketegangan pertarungan dari para karakter utama, serta bagaimana mereka menyelamatkan diri dari bahaya. Mungkin laju cerita untuk Season 2 akan diperlambat demi lebih mendalami dunia dan karakter-karakter yang kurang dikembangkan di Season pertama.

Meski Davion dan Mirana jelas berperan sebagai protagonis dan heroine, posisi mereka juga semakin sulit seiring dengan bertambahnya setiap episode. Kawan jadi lawan, lawan jadi kawan, segalanya terasa abu-abu. Davion yang awalnya merupakan bagian dari pasukan elite yang memburu para naga, kini malah diburu oleh idolanya sendiri, Kaden, karena ketahuan dirinya telah bersatu dengan Slyrak. Sedangkan Mirana yang memuja Selemene, hampir tidak percaya ketika mengetahui dewi yang ia junjung tinggi itu memerintahkan invasi ke berbagai pemukiman Elf lainnya.

Baik Davion dan Mirana tidak tahu siapa yang akan mengkhianati mereka selanjutkan, apakah mungkin salah satu di antara mereka akan berbalik menjadi pengkhianat? Bahkan Invoker yang mereka anggap sebagai "orang bijak" yang dapat membantu menyelesaikan masalah, belum tentu bisa diperaya seperti yang mereka kira.

Inilah yang menurut penulis, menjadi daya tarik dari Dragon's Blood. Hingga Season 1 selesai, masih belum jelas siapa yang benar-benar bisa dipercaya oleh kedua karakter utama, atau apakah mereka sendiri juga bisa dipercaya? Kita tunggu saja di Season kedua nanti.

Karakter Skor: 6/10

Karena lebih mengedepankan laju cerita yang agak cepat, pengembangan karakter agak terasa kurang di Season pertama. Praktis, hanya Mirana yang sangat terasa perkembangannya dibandingkan karakter-karakter lain, diikuti oleh Fymryn.

Davion di Dragon's Blood digambarkan sebagai seorang pria dewasa yang telah mengenyam cukup banyak asam garam di masyarakat maupun di pertarungan. Ia juga memiliki keahlian bersosialisasi yang baik, disiplin, serta tetap tenang saat berada dalam situasi sulit. Meski begitu ia tetap merasakan takut dan putus asa ketika dihadapkan pada kekuatan misterius atau musuh yang jauh leebih kuat darinya, seperti setelah bersatu dengan Slyrak di mana ia sempat bingung dan takut akan perubahan signifikan yang terjadi pada dirinya. Hal yang mungkin agak mengganjal adalah ketika ia menyelamatkan Fymryn yang belum lama ia kenal di mana aksi yang diambilnya agak di luar karakternya.

 

(Netflix)

Di sisi lain, Mirana pada awal cerita merasa kecewa akan dirinya sendiri karena gagal menghentikan pencurian bunga-bunga teratai Selemene, hingga dengan sukarela mengajukan diri menjalankan misi mendapatkan kembali bunga-bunga itu. Di awal perkenalannya dengan Davion, Mirana sempat merasa Dragon Knight itu terlalu vulgar serta sombong. Namun seiring dengan keduanya menghadapi situasi hidup-mati bersama, pandangan negatif Mirana akan Davion lambat laun berubah hingga akhirnya ia begitu memercayai Davion meski sempat takut ketika pertama melihat perubahan wujud sang Dragon Knight menjadi sosok mengerikan.

 

Marci, pelayan setia Mirana. (Netflix)

Karakter paling menarik bagi penulis adalah Marci. Pelayan bisu ini bisa dibilang tidak mengalami perkembangan apapun. Akan tetapi loyalitas, determinasi, serta pemikiran terbukanya mampu menjembatani perbedaan pandangan antara Davion dan Mirana sehingga trio ini masih mampu bertahan hingga akhir Season pertama. Ia juga ahli dalam pertarungan jarak dekat dan scouting, di mana keahliannya ini melengkapi kekurangan Mirana dalam pertarungan. Ketergantungan Mirana akan eksistensi Marci terasa jelas dari seberapa sering Mirana curhat kepada pelayannya itu, meski Marci sendiri tidak bisa menjawab karena bisu. Di sisi lain, Marci juga cukup terbuka kepada Davion hingga ia tak segan memeluknya saat mereka akan berpisah di penghujung Season pertama.

 

Davion dan Mirana. (Netflix)

Pada dasarnya, eksistensi Marci sangat penting bagi Davion dan Mirana, di mana ia berperan sebagai jangkar emosional sekaligus rekan yang bisa diandalkan dalam pertarungan, serta lihai dalam memperbaiki mood ketika Davion dan Mirana tengah bersitegang.

Sosok berikutnya adalah Fymryn. Berawal dari seorang Elf biasa yang tinggal di Coedwig, Fymryn begitu memercaya sebuah cerita kuno tentang kebangkitan kembali Mene, Dewi Bulan sebelum Selemene. Ia mengikuti cara-cara untuk membangkitkan Mene yang ada di cerita tersebut, termasuk mencuri bunga-bunga teratai milik Selemene. Tak pernah ia mengira bahwa cerita itu hanyalah ilusi belaka, dan akibat dari perbuatannya, ia harus menyaksikan kekasih dan sahabat-sahabat dekatnya terbunuh di depan matanya sendiri, serta tempat tinggalnya dihancurkan oleh prajurit-prajurit dari Nightsilver Woods.

Fymryn begitu membenci para Elf dari Nightsilver Woods sehingga ketika ditugaskan Invoker untuk mengantar trio Davion dkk ke Coedwig, Fymryn sempat menolak karena Mirana adalah putri dari Nightsilver Woods. Meski kemudian menerima tugas itu, ia sempat membuat trio Davion dkk berada dalam bahaya. Berkat kegigihan Davion yang berusaha menyakinkan Fymryn untuk memercayai dirinya dan Mirana, Fymryn akhirnya mulai luluh.

Sayangnya hidup tidak selalu berjalan mulus, dan Fymryn pun memisahkan diri dari trio Davion dkk, penuh kebencian akan Nightsilver Woods, meski sepertinya ia masih percaya pada Davion.

Selain karakter-karakter tersebut, praktis tidak ada perkembangan karakter lainnya yang bisa ditemui. Diungkapkannya sisi kemanusiaan Invoker cukup menarik karena selama ini ia dikenal sebagai penyihir yang hanya fokus pada magic di dalam Dota 2.

Animasi Skor: 8/10

Digarap oleh Studio Mir yang dikenal berkat The Legend of Korra dan Voltron: Legendary Defender, gaya animasi dari Dragon's Blood jelas berbeda dengan anime-anime pada umumnya. Mungkin dari segi animasi inilah banyak penonton, terutama dari Asia, yang mungkin merasa kesulitan menerima karena sudah terbiasa dengan gaya animasi dari Jepang.

Untuk kualitas animasi sendiri terbilang solid, meski tidak mencapai level "Godlike" seperti Production IG maupun Ufotable. Dari segi desain karakter juga mungkin terasa mengganjal bagi pecinta anime Jepang. Akan tetapi apabila dapat melepas kacamata yang bias ke animasi Jepang, maka menikmati Dragon's Blood tidak akan sulit.

Meski kualitas animasi tidak terlalu "wah", namun setiap adegan pertarungan dibuat cukup realistis, terutama pertarungan tangan kosong dari Marci, serta setiap adegan memanah Mirana yang terasa elegan namun tidak terkesan dibuat-buat. Pada intinya, animasi dari Dragon's Blood sangat solid dan konsisten, tidak kurang, tidak lebih.

Musik dan pengisi suara Skor: 8/10

Sebagai adaptasi anime pertama dari Dota 2, Dragon's Blood sepertinya memang lebih mementingkan konsistensi daripada memaksakan diri tampil glamor. Sama seperti animasinya, dari segi musik juga menerapkan prinsip yang sama. Penonton mungkin tidak terlalu menyadari musik yang jadi latar belakang dari suatu adegan, namun fungsi dari musik itu cukup untuk memperdalam atmosfer dari setiap adegan yang ada. Standar, namun menjalankan perannya dengan baik.

Sisi pengisi suara ini juga mungkin akan terasa aneh bagi penggemar anime Jepang yang sudah terlalu terbiasa dengan bahasa Jepang. Namun setiap aktor/aktris pengisi suara dari karakter-karakter Dragon's Blood sudah memerankan peran mereka dengan baik dan mampu menyesuaikan suara mereka untuk karakter masing-masing. Solid!

Kesimpulan

Skor akhir: 7,4

Sebagai debut dari Dota 2 di dunia anime, Dragon's Blood seharusnya tidak mengecewakan bagi penonton awam maupun netral, dan dengan cerita yang masih menunggu banyak plot serta misteri untuk dikuak. Kamu tidak perlu paham akan Dota 2 maupun anime untuk bisa menikmati, dan sepertinya memang itu tujuan Netflix dan Valve: Mengincar segmen penonton yang lebih luas daripada hanya memuaskan penonton niche saja.

 

(Netflix)

Bagi penggemar anime maupun Dota 2, mungkin akan ada beberapa hal yang terasa mengganjal atau tidak sesuai ekspektasi, namun itu adalah hal yang lumrah terjadi dalam adaptasi dari suatu media ke media yang berbeda. Sebagai penonton yang kebetulan paham akan anime dan Dota 2, penulis merasa Dragon's Blood layak untuk ditonton bagi kamu yang menginginkan petualangan seru di dunia fantasi yang dipenuhi magic, di mana rasa saling percaya antara karakter-karakter utamanya selalu diuji, di mana baik dan jahat terlalu abu-abu untuk ditentukan, dan di mana kepercayaan menjadi tema utama.

 

(stefanus/IDGS)

Follow Berita Indogamers di Google News
News Update
E-Sport05 November 2024, 15:02 WIB

Resmi! Coach Yeb Farewell dari Fnatic Onic

pelatih kebanggaan mereka yakni Coach Yeb resmi mengumumkan farewell dari tim
Coach Yeb (FOTO: TikTok/coachyeb)
Gadget05 November 2024, 15:01 WIB

Screenshot Panjang di iPhone? Bisa Kok dengan 3 Cara Mudah Ini

Screenshot panjang di iPhone kini bisa kamu lakukan langsung.
Cara screenshot panjang di iPhone (FOTO: youtube.com/@kontengakpenting)
Mobile05 November 2024, 14:03 WIB

5 Game HoYoverse Paling Diminati 2024, Sudah Main yang Mana Saja Nih?

HoYoverse kondang sebagai developer yang memproduksi game berkualitas dengan gameplay dan cerita menarik.
Ilustrasi game-game HoYoverse. (Sumber: Gamebrot)
Mobile05 November 2024, 13:32 WIB

5 Rekomendasi Game Mobile Bertema Pesawat yang Seru untuk Dimainkan

Game bertema pesawat menawarkan pengalaman yang mendebarkan
Airlane Commander. (Sumber: PlayStore)
Console05 November 2024, 13:25 WIB

5 Game yang Dianggap Plagiat: Kontroversi dan Kemiripan

Berikut ini adalah 5 game yang pernah dianggap plagiat karena kemiripannya dengan game lain
Istilah dalam Game PUBG (Foto: MEmu)
News05 November 2024, 12:53 WIB

Ajukan Merek Dagang Baru, Betulkah HoYoVerse Ganti Nama Astaweave Haven Jadi Petit Planet?

HoYoverse selaku developer game populer baru saja mengajukan merek dagang baru bernama Petit Planet pada 31 Oktober 2024.
Logo Hoyoverse. (Sumber: Hoyoverse)
News05 November 2024, 12:50 WIB

Ternyata Begini Cara Mendapatkan Skin MLBB dengan Mudah, Bisa Sambil Ngemil

Cek caranya di artikel lengkapnya.
Mendapatkan skin Mobile Legends: Bang Bang atau MLBB ternyata kini bisa dilakukan dengan mudah. (FOTO: Dok. Unipin)
Gadget05 November 2024, 12:01 WIB

Gak Kalah Keren, ini 7 Laptop Terbaik Karya Anak Bangsa yang Layak Kamu Miliki

Berikut adalah 7 rekomendasi laptop terbaik karya anak bangsa yang tidak kalah keren dengan brand asal luar yang sudah banyak beredar di Indonesia
Axioo Pongo 760 V2 (Foto: Axiooworld)
Mobile05 November 2024, 11:15 WIB

4 Game Baseball Android Paling Seru dan Menantang, Kamu Harus Coba

Berikut adalah 4 rekomendasi game baseball paling seru dan menantang di android
Game Baseball Star (Foto: playus soft)
Mobile05 November 2024, 10:25 WIB

4 Game Tenis Meja Mobile yang Wajib Dimainkan oleh Penggemar Ping Pong

Game tenis meja menjadi salah satu pilihan game olahraga yang banyak dimainkan di perangkat android
Game Virtual Table Tennis (Foto: SenseDevil Games)
Portal Media Game Nomor 1 di Indonesia

Indogamers sebuah situs yang didedikasikan kepada pecinta game dari semua kalangan dan latar belakang. Hadir menjadi sumber informasi terpercaya bagi seluruh gamers di Indonesia.

Perumahan Bukit Hijau Felicity Village Blok B No. 6 Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok Provinsi Jawa Barat 16517

+62851 8306 6952

Subscribe

Anda juga bisa mengikuti update terbaru mengenai event-event yang sedang berjalan di media sosial kami.

© Copyright 2024 IndoGamers. All rights reserved.