INDOGAMERS.COM - Huawei pada 2023 menggemparkan dunia gadget setelah bangkit melawan sanksi Amerika Serikat. Pada kurun waktu 2019 hingga 2020, Huawei yang merupakan brand premium China, terkulai lemas karena sanksi AS pada teknologi chip yang dibutuhkan untuk keperluan 5G.
Sanksi ini praktis membatasi akses Huawei ke perangkat lunak seperti Google. Tapi, Huawei tak tinggal diam dengan mencari cara untuk comeback dengan peluncuran Huawei Mate 60 yang dilengkapi 5G. Ini menjadi pukulan telak bagi AS dan iPhone yang terkejut akan serangan balasan itu.
Baca Juga: Saat Pamor Apple Mulai Melemah Akibat Tackle Brutal Huawei, Samsung, Xiaomi Hingga Oppo
Tapi kini setelah berhasil mencuri perhatian dan mengejutkan pasar terutama China yang sudah bisa diajak kembali ke produk lokal yang sebelumnya sangat menyukai iPhone, Huawei merubah konsentrasinya.
Huawei dilaporkan akan menunda pengembangan chip Kirin dan memprioritaskan fokusnya membuat chip kecerdasan buatan (AI), Ascend 910B.
Sebagai konsekuensinya, produksi smartphone Huawei Mate 60 dikonrbankan terlebih dahulu. Itu karena Huawei memproduksi chip AI Ascend dan chip Kirin dalam satu pabrik yang sama.
Reuters melaporkan bahwa produksi Huawei Mate 60 di pabrik menurun lantaran mereka memprioritaskan chip AI. Pengalihan konsentrasi Huawei untuk membuat chip AI ini dirasa lebih penting ketimbang fokus memproduksi Huawei Mate 60.
Karena jika dulu China mengalami blokade untuk mendapatkan teknologi chip yang dibutuhkan untuk keperluan 5G, kini mereka mengalami pembatasan yang sama setelah Amerika melakukan pembatasan ekspor chip AI paling dicari seperti Nvidia H100.
Maka daripada menunggu tergilas dan mengharap belas kasihan Amerika, China kemudian memerintahkan Huawai untuk membuatnya sendiri sehingga chip Ascend 910B dari Huawei ini menjadi proyek yang sangat penting bagi negara.
Baca Juga: Update Daftar Harga iPhone Terbaru Semua Seri, iPhone 11 Masih Rp7 Jutaan
Sikap ini juga didasarkan pada pengalaman bahwa banyak perusahaan China telah masuk dalam siklus hype AI generative, tapi masih sulit melawan Amerika.
Baidu, misalnya, telah merilis model bahasa dan chatbot yang besar kepada publik, tapi mereka belum menemukan skala ChatGPT dari OpenAI atau Bard dari Google.
Maka kini, China menjadi negara pertama yang punya kebijakan AI. Negara bahkan mengharuskan perusahaan yang membuat produk AI untuk melewati proses persetujuan terlebih dahulu, sebelum mereka melepas produknya ke pasar.