Indogamers.com - Game Pokemon TCG Pocket yang baru dirilis pada 30 Oktober 2024 dikritik karena dianggap mendorong anak-anak pada kebiasaan berjudi.
Sebagai brand yang dikenal ramah keluarga, hal ini tentu mengecewakan.
Berikut lima alasan mengapa Pokemon TCG Pocket dinilai mengajarkan anak tentang judi, merujuk opini John Walker di Kotaku pada Rabu (6/11/2024).
1. Banyak Mata Uang Virtual
Pokemon TCG Pocket menggunakan lebih dari sepuluh jenis mata uang virtual. Saat mulai bermain, pemain memang diberi mata uang secara cuma-cuma.
Namun, seiring waktu, aksesnya makin berkurang, sehingga pemain perlu keluar duit sungguhan untuk lanjut ke permainan.
Hal ini biasa ditemukan pada game gacha, di mana pemain cenderung mengeluarkan uang untuk terus maju dalam game.
2. Sistem Gacha Mirip Perjudian
Untuk mendapat kartu baru, pemain harus mengandalkan sistem gacha, mekanisme undian acak.
Ini membuat pemain “berjudi” dengan harapan mendapat kartu langka atau yang lebih kuat.
Sistem ini mendorong pemain, termasuk anak-anak, untuk terus cari keberuntungan agar memperoleh kartu impian.
Baca Juga: 5 Alasan Pemain Suka Mengoleksi Kartu di Pokémon Trading Card Game Pocket
3. Batas Pengeluaran Harian
Game Pokemon TCG Pocket membatasi pengeluaran harian hingga 750 Poke Gold, sekitar Rp1,8 juta.
Namun, batas ini dinilai terlalu tinggi dan tidak memberi perlindungan yang cukup bagi pemain yang mudah tergoda untuk berbelanja lebih banyak.
Tak ada juga pengaturan untuk membatasi pengeluaran secara pribadi buat melindungi pemain dari kecanduan belanja.
4. Premium Pass Mahal
Pokemon TCG menawarkan Premium Pass dengan banderol harga Rp150 ribu per bulan, tetapi manfaatnya terbatas.
Pass ini hanya memberi item tambahan dan beberapa fitur eksklusif, tapi tidak menjamin pemain mendapat kartu unggulan.
Bagi sebagian besar pemain, pass ini tidak memberi untung sebanding dengan harga, alias cuma nambah opsi untuk keluar duit.
Baca Juga: Pokemon Trading Card Game Pocket Meledak, Tembus Pendapatan Segini Dalam 4 Hari
5. Dampak Buruk bagi Anak
Sistem game yang rumit dan mendorong pembelian, bisa berdampak negatif pada anak-anak.
Di beberapa negara, game dengan elemen gacha sudah diatur ketat karena dianggap memiliki unsur perjudian, khususnya bagi anak-anak yang belum paham risikonya.
Penggemar Pokemon yang peduli dengan brand ini khawatir melihat arah baru yang diambil franchise kesayangan mereka.***