Epic Games Didenda Rp8 Triliun Lebih Karena Menipu dan Menginvasi Privasi Anak di Bawah Umur di Fortnite

Source: NBC News/Metin Aktas/Getty Images)

Epic Games diwajibkan membayar uang sebesar US$520 juta atau sekitar Rp8,11 triliun setelah Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (FTC) menemukan bukti bahwa Fortnite menginvasi privasi anak di bawah umur dan mengelabui mereka untuk membeli item-item in-game yang tak mereka inginkan. 

IDGS, Selasa, 20 Desember 2022 -  Jumlah denda tersebut adalah yang terbesar dalam sejarah FTC. Sebagai responnya, Epic Games menyatakan bahwa "tidak ada pengembang (video gim) yang menciptakan sebuah gim yang dengan bertujuan berakhir seperti ini."

Jadi, apa kesalahan Epic Games? FTC menuduh perusahaan senilai miliaran dollar itu telah meraup uang dalam jumlah besar dari anak-anak di bawah umur tanpa mengikuti peraturan yang diciptakan untuk melindungi anak-anak itu di jagat dunia maya.

Melansir laporan Kotaku, dalam pernyataan FTC yang dirilis pada Senin (19/12/2022) kemarin menyebutkan bahwa Epic Games terbukti telah melakukan dua kesalahan:

  1. Mengumpulkan informasi personal dari pemain-pemain Fortnine di bawah usia 13 tahun serta In-game settings dari Fortnite yang menyalakan voice in-game secara default melanggar Peraturan Perlindungan Privasi Online Pada Anak di AS. Epic Games didenda sebesar US$275 juta untuk kesalahan ini.
  2. Menggunakan "pola jahat untuk mengelabui pemain agar melakukan pembelian-pembelian yang tidak diinginkan". Epic Games diwajibkan membayar denda sebesar US$245 juta untuk memberi reimburse bagi para pemain yang menjadi korban dari praktik tersebut.

 

(NBC News/Metin Aktas/Getty Images)

Secara spesifik, Epic Games dituduh dengan sengaja mempermudah terjadinya insiden tak sengaja membeli skin in-game dalam antarmuka preview suatu skin, serta mempersulit proses refund ketika pemain ingin melakukan refund.

FTC juga menyatakan bahwa hasil investigasinya menunjukkan bahwa Epic juga diketahui melakukan praktik mem-ban akun-akun yang meminta refund, membuat pemain kehilangan akses ke akun di mana mereka telah mengeluarkan uang di dalamnya.

Berikut ini adalah beberapa daftar spesifik mengenai kesalahan yang ditemukan FTC dalam Fortnite:

  • Secara otomatis menyimpan data pembayaran.
  • Proses pembelian hanya dengan satu kali tekan, tanpa konfirmasi ulang.
  • Mendisable akun yang meminta refund untuk pembelian-pembelian tak etis.
  • Kurangnya layanan refund otomatis.
  • Tidak ada batasan pembelian bagi pemain di bawah usia 13 tahun.

Epic Games ngotot mengatakan bahwa poin-poin tersebut hanya ketidaksengajaan saja dan pihaknya sama sekali tidak bertujuan mengeksploitasi pemain, namun FTC tetap keukeuh dengan hasil penyelidikannya.

Kasus FTC vs. Epic Games ini menunjukkan bahwa otoritas Amerika Serikat tidak gentar melawan perusahaan-perusahaan teknologi raksasa demi melindungi rakyatnya, terutama di industri video gim. FTC saat ini tengah menuntut untuk memblokir pembelian Microsoft senilai US$69 miliar atas Activision Blizzard karena dinilai bahwa hal itu dapat membuat gim-gim Blizzard dijadikan gim eksklusif Xbox dan akibatnya dapat merusak kompetisi.

 

(Stefanus/IDGS)


Sumber: Kotaku

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI