Dota 2: Ancaman Boikot dari Para Caster, Host, dan Analist Tak Digubris Valve, yang Kini Resmi Melarang Kuku Tampil dalam Chongqing Major

Dota 2: Ancaman Boikot dari Para Caster, Host, dan Analist Tak Digubris Valve, yang Kini Resmi Melarang Kuku Tampil dalam Chongqing Major

Carlo "Kuku" Palad. (Foto: PGL/YouTube)

Ancaman pembatalan turnamen vs ancaman boikot

IDGS, Selasa, 4 Desember 2018 - Developer Dota 2 akhirnya turun tangan atas kontroversi rasis yang menimpa Kuku. Meski terancam diboikot oleh banyak caster, komentator, host, serta analist kondang Dota 2 jika Kuku tak bisa berpartisipasi dalam Chongqing Major, Valve memutuskan untuk secara resmi melarang partisipasi dari Kuku dalam Chongqing Major dan juga menjatuhkan pinalti pengurangan 20% poin Dota Pro Circuit (DPC). Pernyataan Valve tersebut diposting dalam blog resmi Dota 2

Sementara TNC Predator dinilai Valve telah berkali-kali melakukan kesalahan dalam menangani situasi tersebut dan membuat situasi semakin runyam, maka dari itu dijatuhkanlah hukuman pengurangan poin DPC. 

Semua berawal ketika Carlo "Kuku" Palad, pemain profesional Dota 2 untuk tim TNC Predator, membuat komentar rasis kepada pemain China dalam sebuah public match pada November lalu, menyulut amarah dari komunitas Dota 2 Negeri Tirai Bambu. Blunder Kuku itu menyebabkan kontroversi yang meluas hingga pemerintahan lokal kota Chongqing (dan kemudian pemerintahan China juga turun tangan) memutuskan melarangnya berpartisipasi dalam Chongqing Major yang digelar Januari 2019. 

Pemain Dota 2 asal Filipina lainnya, Andrei 'skem' Ong juga terkena larangan serupa akibat melontarkan kalimat rasis dalam sebuah live-match melawan tim China di turnamen DreamHack DreamLeague Season 10 di bulan November. Namun tim skem saat itu, compLexity Gaming bertindak cepat dengan menendang skem keluar dari tim sehingga compLexity terhindar dari hukuman. Skem sendiri hampir  dipastikan tidak akan bisa berpartisipasi dalam Chongqing Major dengan tidak adanya tim yang mau ambil resiko melawan pemerintahan China dan Valve. 

Sebelum larangan resmi dari Valve dijatuhkan, event major tersebut dilaporkan terancam dibatalkan oleh pihak pemerintah China jika Kuku tetap berpartisipasi. Saat itu, baik Valve maupun organisir dari turnamen, Starladder dan ImbaTV memang belum menjatuhkan larangan kepada Kuku. Permintaan maaf Kuku di akun Twitter-nya di mana ia juga mengatakan tak ada alasan untuk mengelak dan berharap diberi kesempatan kedua kini sia-sia setelah Valve akhirnya memutuskan memihak pemerintah China dengan meresmikan larangan untuk dirinya tampil di Chongqing Major. 

Dilarangnya Kuku untuk berpartisipasi dalam Chongqing Major sebelum pengumuman Valve hari ini sempat memicu protes keras dari para caster serta analist yang meminta Valve untuk mengintervensi. Terhitung figur-figur kondang dalam komunitas Dota 2 seperti Grant 'GrandGranT' Harris, Henrik 'AdmiralBulldog' Aknberg dan David 'GoDz' Parker telah menyatakan secara publik via Twitter bahwa mereka akan memboikot Chongqing Major apabila Kuku masih tidak diperbolehkan berpartisipasi pada event tersebut. 

 

 

 

 

 

 

Sementara pasangan caster Owen 'ODPixel' Davies dan Jorien 'Sheever' van der Heijden tidak akan berpartisipasi dalam turnamen tersebut. ODPixel beralasan bahwa Sheever akan menjalani operasi dan dirinya ingin membantu saat masa pemulihan Sheever. 

 

 

Host eSports ternama Paul 'RedEye' Chaloner juga menyatakan bahwa ia akan menolak jika ditawari menggantikan Sheever sebagai host, sebagai dukungan akan aksi boikot tersebut. 

 

 

 

Kini dengan pernyataan resmi Valve akan larangan tampilnya Kuku di Chongqing Major, belum ada komentar baru dari figur-figur Dota 2 tersebut saat artikel ini ditulis. Apakah mereka akan melanjutkan boikot atau mengalah masih menjadi misteri. Namun hal ini berpotensi memicu masalah yang lebih besar lagi jika figur-figur di atas masih bersikeras dengan boikot mereka. 

"Para pemain dan tim akan membuat berbagai kesalahan di masa depan, dan mereka harusnya bertanggung jawab akan kesalahan-kesalahan tersebut. Kami ingin adanya kesempatan untuk belajar dari kesalahan, namun bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuat tidak serta merta membuat kesalahan-kesalahan itu tidak datang tanpa hukuman," tulis Valve dalam pernyataan mereka. (Stefanus/IDGS)

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI