Dota 2 Bucharest Minor: OG Red Bull Kembali Libas BOOM ID 2-0

Dota 2 Bucharest Minor: OG Red Bull Kembali Libas BOOM ID 2-0

Topson Momok bagi BOOM ID

IDGS, Jumat, 11 Januari 2019 - Favorit juara Bucharest Minor, OG Red Bull kembali bertemu dengan tim Indonesia BOOM ID pada laga penentuan Grup B sekaligus laga terakhir dari hari kedua turnamen Minor pertama tahun 2019. 

Apa yang terjadi di pertemuan pertama kedua tim seperti terulang kembali. Match pertama, BOOM ID berada di atas angin cukup lama sebelum kemudian OG melakukan come back mencuri angka terlebih dulu sebelum kemudian melibas BOOM ID dengan telak pada pertandingan kedua. Di sini kita bisa melihat permainan mental OG menghadapi tim non-unggulan, yakni memberi harapan menang sebelum kemudian meruntuhkan semangat lawan sehingga OG mudah memperoleh kemenangan kedua. 

 

• Match 1

Seperti yang dibahas di atas, BOOM ID "mampu" menekan OG di awal pertandingan. Rafli 'Mikoto' Fathur Rahman dengan Potm-nya sukses mencuri firstblood dari Troll Warlord Topis 'Topson' Taavitsainen di lini tengah lewat aksi solo yang indah. OG cepat tanggap dengan memprioritaskan Topson untuk farming yang mereka bayar dengan kematian para pemain support di fase awal permainan. 

Di sinilah kesalahan pertama BOOM ID yang merasa di atas angin karena keunggulan kills yang cukup jauh, namun kurang menyadari prioritas hero lawan yang seharusnya dihabisi terlebih dahulu. Topson pun bisa free farming berkat pengorbanan Johan 'N0tail' Sundstein dkk., dan BOOM ID membiarkannya begitu saja.

Belum lagi kesalahan-kesalahan seperti membiarkan hero hard carry mereka Faceless Void kesulitan farming di offlane (bawah), atau mati karena kurang hati-hati dalam penempatan hero. Sering kali pemain BOOM ID mati sia-sia tanpa tujuan, dan celakanya justru kesalahan ini didemonstrasikan oleh Faceless Void, membuatnya semakin kesulitan meraup gold.

Kurangnya sistem permainan dan koordinasi antar pemain terlihat ketika Dragon Knight dan Dazzle OG hendak menghancurkan tower terdepan BOOM ID di lane bawah yang kosong, di mana BOOM ID mengaktifkan glyph namun tidak diikuti dengan teleport dari satu hero pun. Alhasil glyph pun terbuang sia-sia. 

Ditambah lagi dengan pemilihan item yang tidak sinkron. Ketika Faceless Void kurang farming untuk memperoleh item damage, ia berubah fungsi menjadi disabler. Namun perubahan ini tidak dibarengi dengan hero-hero BOOM ID lainnya. Potm Mikoto, bukannya membuat item hard hitter seperti Butterfly, Desolator, atau MKB, malah membuat Mjolnir dan Linken. Otomatis, ketika Faceless Void dan Beastmaster (Khezcute) sukses mendaratkan ulti mereka, BOOM ID tak mampu membunuh lawan mereka dengan cepat karena kurangnya hero dengan auto attack berdamage tinggi. 

Sebaliknya Troll Warlord Topson menggila dengan Satanic, Butterfly, Eye of Skadi, Sange and Yasha dan Bloodthorn. Topson mengakhiri match pertama dengan 18 kills, 3 deaths dan 7 assists. 

 


• Match 2

Tak ada hal menarik untuk di bahas dalam pertandingan kedua. Moral BOOM ID susah bangkit dan draft yang mereka pilih dicounter tanpa cela oleh OG. Topson kembali jadi momok di mana Phantom Lancernya membukukan skor 8/1/5 hingga pertandingan berakhir cepat pada menit 22. 

 

Dari dua kekalahan BOOM ID dari OG Red Bull, bisa dikatakan kelemahan mereka, atau mungkin mayoritas tim Dota 2 Indonesia adalah kurangnya sistem permainan yang jelas dan komunikasi. Strategi apa yang akan dijalankan, dan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing pemain bila ada hal yang tidak terjadi sesuai rencana awal mereka. Mungkin seseorang bisa bermain tanpa memikirkan item temannya sama sekali dalam laga pub, namun hal tersebut tidak berlaku di panggung eSports. 

Seorang pemain harus bisa beradaptasi dengan situasi yang terus berganti dalam pertandingan profesional Dota 2, apalagi sekelas Minor atau bahkan Major. Belum tentu hero dan build yang sebelumnya membawa kalian lolos dari kualifikasi regional bisa digunakan melawan tim-tim kelas dunia. Komunikasi harus jelas, item apa yang harus dibuat seorang anggota dalam situasi tertentu. Idealnya dalam sebuah tim, tak perlu lagi menanyakan atau meminta teman membuat item ini itu secara verbal, karena masing-masing anggota telah paham item atau build apa yang harus mereka pilih sesuai dengan sistem yang telah mereka latih bersama. 

Mungkin kita masih tertinggal dari tim-tim Eropa, China, atau Amerika, namun bukan berarti pemain Indonesia tidak berbakat. Secara skill individu, sebenarnya tak semua pemain OG lebih baik dari pemain-pemain BOOM ID, hanya saja kekompakan, strategi serta sistem permainan yang jelas ditambah pengalaman segudang di level internasional membuat mereka untuk sekarang lebih unggul dari kita. Maka dari itu kita harus bisa mengambil sisi positif dari mereka untuk jadi lebih kuat dan mampu mengharumkan nama Indonesia ke depannya nanti. 

 

(Stefanus/IDGS)


Sumber: PGL_dota2/Twitch (live-streaming)

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI