IDGS, Jumat, 8 Maret 2019 - Kreator komik sekaligus penulis best-selling New York Times Brian K. Vaughan telah setuju untuk menulis skenario bagi film adaptasi live-action dari anime mecha (robot) legendaris asal Jepang, Gundam.
Brian K. Vaughan (kiri) didapuk untuk menulis skenario dari adaptasi live-action Gundam. (deadline.com)
Bulan depan merupakan perayaan 40 tahun dari serial anime pertama Gundam yang berjudul Mobile Suit Gundam. Diciptakan dan disutradarai oleh Yoshiyuki Tomino, Mobile Suit Gundam tayang perdana di televisi Jepang pada 1979 dan meraup kesuksesan hingga melahirkan serial-serial Gundam lain serta merambah ke action figure (gunpla), video games atau wujud media lainnya seperti manga.
Patung dari Gundam Unicorn berskala 1:1 di Odaiba, Tokyo. (VideoQuan / YouTube)
Mobile Suit Gundam mengambil latar belakang cerita masa depan di mana manusia telah berganti kalender dari masehi (Anno Domini) ke Universal Century (UC) yang menandakan transmigrasi besar-besaran pertama manusia ke koloni luar angkasa. Masalah timbul ketika orang-orang yang tinggal di luar angkasa (disebut spacenoids) menemukan sumber daya alam baru di luar bumi dan mereka pun ingin merdeka dari Federasi Bumi. Federasi Bumi menolak memberi kemerdekaan bagi para spacenoids karena tak ingin kehilangan sumber daya dari luar angkasa, seiring dengan makin menipisnya sumber daya alam di Bumi. Perang pun tak terelakkan lagi.
Seorang pemuda sipil bernama Amuro Ray terjebak dalam peperangan antara spacenoids di bawah bendera Republik Zeon melawan Federasi Bumi, dan terpaksa menjadi kru dari kapal induk Federasi Bumi bernama White Base sebagai pilot dari robot raksasa yang dijuluki Gundam.
Gundam Unicorn dalam episode OVA Gundam Unicorn Episode 7: Over the Rainbow
Kesuksesan Gundam tak lepas dari visi sang kreator, Yoshiyuki Tomino. Sebelum Gundam, robot-robot raksasa dalam berbagai komik atau serial animasi digambarkan seperti perangkat magis dengan pilot bak selebriti dengan kekuatan gaib. Singkatnya, mereka seperti kisah Aladdin namun mengganti Genie si jin lampu dengan robot raksasa berkekuatan magis.
Tomino merasa hal itu "enteng" lalu meramu ulang konsep robot raksasa menjadi pusat dari kisah epik militer. Robot-robot dalam konsep Tomino merupakan bagian dari militer lengkap dengan berbagai kru serta dikendalikan oleh pilot-pilot andalan militer dengan berbagai batasannya seperti kehabisan bahan bakar, tak bisa menembus atmosfer Bumi tanpa pelindung khusus, atau bahkan dibutuhkan maintenance agar dapat beroperasi dengan lancar. Satu poin lain kelebihan dari serial Gundam adalah, hampir tidak ada karakter yang benar-benar jahat atau benar-benar baik. Semua pihak bertindak sesuai dengan apa yang mereka anggap benar atau untuk sekedar bertahan hidup. Dan bahwa protagonis dari Gundam tidaklah selalu berada di pihak yang benar.
Waralaba Gundam telah menghasilkan uang dalam jumlah luar biasa besar dalam 40 tahun trakhir dan akhirnya Legendary Entertainment bersedia bekerja sama dengan Sunrise untuk bersama-sama memproduksi live-action dari Gundam. Legendary sendiri merupakan produser dari beberapa film yang mengisahkan robot atau makhluk raksasa seperti Pacific Rim dan Godzilla (MonsterVerse). Proyek live-action Gundam ini akan diawasi oleh Cale Boyter dari Legendary dengan Sunrise bertindak sebagai tim kreatif.
Vaughan sendiri dikenal berkat karyanya seperti Y: The Last Man, Ex Machina, Runaways, dan lain-lain.
(Stefanus/IDGS)
Sumber: IGN