IDGS - Esports sebuah olahraga elektronik yang sedang mengalami perkembangan pesat terutama di Indonesia, seiring perkembangan esports pasti memiliki beberapa celah yang menghambat esports itu sendiri dari mulai perjudian, pengaturan pertandingan untuk pihak yang diuntungkan serta yang paling memalukan menggunakan cheat demi mendapatkan gelar juara.
Inilah kasus-kasus kontroversial yang mencoreng nama dunia esports di tahun 2019 yang sudah dipilih oleh Indogamers berikut selengkapnya :
Valve Berikan Ultimatum kepada pihak GESC
Kincir.comKita mengetahui, Indonesia pernah menyelenggarakan untuk pertama kali turnamen bertaraf internasional yang diberi nama GESC Indonesia Minor 2018 dalam rangkaian Dota Pro Circuit musim 2018-2019.
Sangat disayangkan, setelah kesuksesan pergelaran tersebut menimbulkan 'borok' dibalik kemegahan turnamen ini. GESC sebagai penyelenggara tidak membayarkan uang hadiah kepada para pelaku acara meliputi caster, agensi yang membantu menyiapkan keseluruhan acara.
Berlarutnya kasus sejak 2018 lalu, membuat Valve gerah hingga melayangkan surat terbuka kepada GESC namun enggan ditanggapin. Berjalan setahun kemudian tepatnya pada 8 April 2019, Valve mengangkat kembali kasus ini melalui jalur hukum di Pengadilan Tinggi Singapura.
Hingga diujung tahun  2019 kasus tersebut masih dalam polemik yang belum ada kejelasan yang pasti. Akibatnya GESC sebagai pihak penyelenggara Dota 2 diblacklist oleh Valve.
Polemik Franchise League MPL Season 4
Gridgames.comPada tahun 2019, Mobile Legends Professional League memasuki musim ke-empatnya dengan mengubah warna barunya dalam format franchise league. 
Moonton sebagai pihak penyelenggara mendapatkan reaksi keras dari beberapa pihak. Pasalnya, terungkap bahwa setiap tim harus membayar uang sebesar Rp 15 miliar untuk bisa tampil di liga tersebut.
Erick Herlangga menjadi salah satu cocok yang paling gencar dalam penolakan format ini. Pemilik tim Louvre ini membuat petisi online yang bertujuan Moonton membatalkan rencana franchise league.
Kisruh pun semakin melebar dan menyeret beberapa pihak untuk turun tangan menyelesaikan ini. Tak mau diam dengan kasus ini, Moonton pun angkat bicara dan menjelaskan bahwa format franchise league yang mereka rencanakan adalh proyek investasi panjang yang akan menguntungkan kedua belah pihak.
Setelah kekisruhan yang menyita waktu banyak ini dengan adu argumentasi, akhirnya mendapatkan jalan titik terang dimana Erick dan Moonton mengakui adanya kesalahpahaman tentang format dan sistem MPL yang baru. Setelah berakhir dengan damai Moonton menjalankan turnamen MPL Season 4 yang telah dimenangkan oleh Evos Esports setelah di final kalahkan RRQ.
Pemotongan Hadiah SEA Games 2019
Foto Istimewa GGWP.IDIni berita yang paling hangat dan kontroversial di tahun 2019, awalnya SEA Games 2019 berlangsung semua berjalan dengan lancar. Bahkan, beberapa cabang esports yang di pertandingan, timnas Indonesia sukses menyumbangkan dua medali perak. Tentu menjadi sebuah pembuktian bahwa esports di Indonesia patut diperhitungkan dan layak di apresiasi setinggi-tinggi yang telah membawa nama merah putih di ajang Internasional.
Namun, sepulang dari Filipina drama terjadi ketika seorang streamer Youtube sekaligus mantan pemain AOV, yaitu Mikael Anthony membeberkan kebobrokan IESPA. Dirinya mengunggah postingan stories di akun Instagram pribadinya dengan mengungkapkan adanya pemotongan hadiah yang telah didapat oleh atlit berprestasi yang dilakukan oleh pihak pengelola yakni IESPA.
Karena kabar tak sedap ini, IESPA dihujat dan dikritik pedas oleh para penggemar esports. Tak mau berangsur-angsur melebar kasus ini. IESPA memberikan klarifikasi melalui ketua umumnya, Eddy Lim. Dalam klarifikasi IESPA mengklaim telah ada kesepakatan sejak awal antara pihak dan atlit. Artinya, seluruh pihak yang berangkat dan berlaga di SEA Games 2019 telah menyetujui perjanjian tersebut.
Bagaimana tanggapan kalian mengenai kasus kontroversi yang terjadi di industri esports sepanjang tahun 2019 ?
(OAA/IDGS)