Indogamers.com - Pada Mei 2024, keluarga korban penembakan massal di Uvalde, Texas, mengajukan tuntutan hukum terhadap perusahaan video game Activision dan perusahaan media sosial Meta.
Tuntutan ini merupakan bagian dari upaya mereka untuk mencari keadilan dan pertanggungjawaban atas tragedi yang menewaskan 19 anak dan dua guru di Robb Elementary School pada Mei 2022.
Sebagaimana dilansir dari IGN.com, Keluarga korban menuduh bahwa Activision, sebagai penerbit game "Call of Duty," dan Meta, sebagai operator platform media sosial seperti Facebook dan Instagram, berkontribusi pada budaya kekerasan yang mempengaruhi penyerang.
Baca Juga: Activision Pastikan Game Baru untuk 2024 adalah Call of Duty: Black Ops 6
Mereka berargumen bahwa permainan kekerasan dan konten yang disebarkan melalui media sosial dapat memicu tindakan agresif pada individu tertentu.
Activision dan Meta juga dituntut atas tuduhan mempromosikan senjata yang digunakan dalam penembakan tersebut kepada Salvador Ramos yang berusia 18 tahun.
Josh Koskoff, pengacara yang mewakili keluarga korban, berpendapat bahwa hal ini terjadi beberapa bulan setelah dia mulai bermain Call of Duty: Modern Warfare yang, menurut laporan pengacara, memulai obsesi remaja tersebut dengan senjata.
Baca Juga: Kolaborasi Epik Mobile Suit Gundam dan Call of Duty, Perpaduan Futuristik dan Aksi
Senjata yang akhirnya dibeli Ramos, DDM4 V7, ditampilkan di halaman judul pembuka Modern Warfare, demikian bunyi gugatan tersebut.
"Dalam waktu seminggu setelah mengunduh Modern Warfare pada 5 November 2021, ponsel si penembak menunjukkan obsesi yang semakin meningkat terhadap senjata dan aksesori yang terkait dengan game itu," ungkap Koskoff, demikian dilansir dari New York Times.
Baca Juga: Fallout, Gundam, dan The Crow Dirumorkan akan Hadir di Game Call of Duty
Activision, developer dari Call of Duty: Modern Warfare, mengeluarkan pernyataan berikut:
Penembakan di Uvalde sangat menghebohkan dan memilukan dalam segala hal, dan kami menyampaikan simpati kami yang terdalam kepada keluarga dan komunitas yang masih terkena dampak dari tindakan kekerasan yang tidak masuk akal ini. Jutaan orang di seluruh dunia menikmati video game tanpa harus melakukan tindakan yang mengerikan.
Sementara The Entertainment Software Association (ESA) juga telah mengeluarkan pernyataan berikut, yang secara lebih luas membahas kekerasan dalam video game:
Kami sedih dan marah atas tindakan kekerasan yang tidak masuk akal. Pada saat yang sama, kami tidak setuju dengan tuduhan tak berdasar yang mengaitkan tragedi-tragedi ini dengan video game, yang mengurangi upaya untuk fokus pada akar masalah yang dipermasalahkan dan melindungi dari tragedi-tragedi di masa depan. Banyak negara lain yang memiliki tingkat permainan video game yang serupa dengan Amerika Serikat, namun tidak memiliki tingkat kekerasan senjata api yang serupa.
Pada tanggal 24 Mei 2022, seorang penyerang bersenjata masuk ke sekolah dasar Robb di Uvalde dan menembak mati 21 orang serta melukai 17 lainnya.
Baca Juga: Di Balik Banyak Ulasan Buruk, Call of Duty: Warzone Mobile Ternyata Sudah Cetak Keuntungan Fantastis
Respons polisi yang lambat dan tidak terkoordinasi telah menjadi sorotan tajam, dengan laporan menunjukkan bahwa lebih dari 370 petugas dari berbagai departemen lokal, negara bagian, dan federal membutuhkan lebih dari 70 menit untuk melumpuhkan penyerang tersebut.**