Indogamers.com - Dirilis pada bulan Juni 2024 di PlayStation 5, PlayStation 4, Xbox One, Xbox Seri X dan Seri S, Microsoft Windows, The Final Shape for Destiny 2 diklaim sukses laris manis terjual di pasaran.
Akan tetapi di balik kesuksesannya, pihak studio pengembang yakni Bungie, justru malah membawa kabar menyedihkan, bukan perayaan gembira atas keberhasilannya.
Ya, Bungie ternyata memilih untuk melakukan PHK terhadap para karyawannya, yang tentu tidak diterima dengan baik keputusan tersebut. Hal ini diungkap pada hari Rabu, 31 Juli 2024 bahwa perusahaan memberhentikan 220 staf atau sekitar 17% dari studio, dengan 155 staf lainnya akan “diintegrasikan” ke dalam Sony Interactive Entertainment.
Baca Juga: Children of Morta, Game RPG Aksi Roguelike Terbaru dengan Gameplay yang Mendebarkan
Disadur dari VGC pada Jumat, 2 Agustus 2024, tidak sedikit pemain yang terkejut dengan pengumuman tersebut karena rilisan terbaru Bungie, The Final Shape for Destiny 2 sukses di pasaran.
Usut punya usut, berdasarkan laporan buletin Game Fille karya Stephen Totilo, keputusan itu sudah direncanakan pada awal tahun 2024 silam. Hal itu sebagaimana dipastikan oleh Stephen berdasarkan tiga sumber terpisah yang masing-masing mengklaim masalah tersebut.
Alasannya klasik. Bungie dilaporkan telah berulang kali gagal memenuhi target keuangan Sony dan merugi sejak dirilisnya ekspansi Lightfall for Destiny 2 pada awal tahun 2023.
Baca Juga: BTS Cooking On: TinyTAN Restaurant Siap Diluncurkan Secara Global pada 7 Agustus 2024
Padahal, Bungie diklaim diberi kebebasan penuh meski sudah diakuisisi oleh Sony sejak tahun 2022. Akan tetapi, perjuangan perusahaan tersebut gagal memenuhi target yang diberikan oleh Sony sehingga tahun lalu, mereka juga melakukan PHK terhadap 100 staf.
“Saya pikir Sony membayar terlalu mahal untuk Bungie.Saya pikir Bungie menjual barang-barang yang tidak mampu mereka kirimkan,” kata salah satu sumber kepada Totilo.
Di sisi lain, mantan staf Bungie mengkritik bos Bungie, Pete Parsons yang dinilai sebagai biang keladi masalah dalam perusahaannya.***