Indogamers.com - Platform game digital Steam kini mulai memperingatkan pelanggan bahwa mereka hanya membeli lisensi ketika melakukan pembelian game, bukan kepemilikan penuh.
Perubahan ini dilakukan menyusul undang-undang baru di California, yang mewajibkan penjual konten digital untuk memberikan penjelasan yang lebih jelas tentang sifat pembelian tersebut.
Undang-undang yang diberi nama AB 2426 ini, ditandatangani oleh Gubernur Gavin Newsom pada akhir September 2024, bertujuan untuk memastikan konsumen lebih memahami bahwa kepemilikan digital bersifat sementara.
Baca Juga: Silent Hill 2: Cara Menyelesaikan Teka-Teki X-Ray di Brookhaven
Disadur dari Eurogamer pada Minggu, 13 Oktober 2024, hukum ini melarang penggunaan istilah seperti "beli" atau kata-kata lain yang bisa diartikan sebagai kepemilikan penuh atas barang digital, dan mengharuskan etalase digital untuk menampilkan pemberitahuan yang jelas mengenai transaksi tersebut.
Meskipun undang-undang tersebut baru akan resmi diberlakukan tahun depan, Steam sudah menerapkan perubahan pada keranjang belanja mereka.
Sekarang, di bawah tombol "Lanjutkan ke Pembayaran", ada pesan singkat yang berbunyi, “Pembelian produk digital memberikan lisensi untuk produk di Steam,” yang dilengkapi dengan tautan ke Perjanjian Pelanggan Steam untuk informasi lebih lanjut. Menariknya, perubahan ini tidak hanya berlaku di Amerika Serikat, tetapi juga secara global, termasuk di Inggris.
Baca Juga: Mengupas Tuntas Kelebihan dan Kekurangan Apple MacBook Pro M3
Undang-undang AB 2426 ini tidak berlaku untuk game yang ditawarkan melalui layanan berlangganan, game gratis, atau game yang bisa dimainkan secara offline secara permanen.
Namun, GOG, sebuah platform terkenal dengan kebijakan game bebas DRM, tidak melewatkan kesempatan untuk merespon secara jenaka. Melalui media sosial, GOG mengunggah mockup keranjang belanja mereka dengan pesan: “Pembelian produk digital di GOG memberi Anda Penginstal Offline, yang tidak dapat diambil dari Anda.”
Latar belakang undang-undang ini muncul di tengah kontroversi yang melibatkan beberapa penerbit game besar. Ubisoft, misalnya, sempat mendapat sorotan setelah mencabut lisensi pemain untuk game The Crew tanpa pemberitahuan, sementara PlayStation juga mencabut akses ke game Concord untuk PS5, meski memberikan pengembalian uang kepada para pemain.
Baca Juga: Taklukan Dewa United Hades, Evos Holy Kokoh di Puncak Klasemen Liga 1 Esports Nasional 2024
Kasus-kasus seperti ini menimbulkan diskusi hangat mengenai pelestarian video game, serta memicu inisiatif seperti "Stop Killing Games," yang berupaya menantang praktik penghapusan game secara tiba-tiba dari perpustakaan pemain.
Meski undang-undang seperti AB 2426 belum menyelesaikan masalah mendasar, aturan ini setidaknya membantu konsumen lebih memahami apa yang sebenarnya mereka beli ketika bertransaksi konten digital.***