Indogamers.com - Coba bayangin deh guys. Jika salah satu studio game terbesar dunia hampir tenggelam oleh biaya produksinya sendiri.
Itulah yang terjadi pada Naughty Dog sebelum akhirnya dijual ke Sony pada 2001. Andrew Gavin, salah satu pendiri studio, baru-baru ini mengungkapkan alasan sebenarnya di balik keputusan besar ini.
Dalam postingan panjang di LinkedIn, Gavin menjelaskan bahwa Naughty Dog menghadapi tekanan berat akibat anggaran yang terus meroket.
Baca Juga: Elden Ring Nightreign Tinggalkan Fitur Ikonik, Apa Alasannya?
Dari game awal seperti Rings of Power yang hanya menghabiskan 100.000 dollar, biaya produksi naik drastis ke 1,6 juta dollar untuk Crash Bandicoot. Puncaknya, Jak and Daxter di tahun 2001 menelan biaya hingga 15 juta dollar.
“Biaya yang terus membengkak ini sulit untuk dibiayai sendiri,” ungkap Gavin disadur Indogamers.com dari Euro Gamer pada Minggu, 5 Januari 2025.
“Tekanan ini bukan hanya masalah kami, tapi masalah sistemik di industri game AAA. Sebagian besar pengembang tidak punya sumber daya untuk mendanai proyek mereka sendiri, sehingga penerbit punya kendali besar," sambungnya.
Baca Juga: Direktur Helldivers 2 Mulai Susun Rencana Game Baru Arrowhead
Menurut Gavin, menjual studio ke Sony adalah langkah strategis. Selain memastikan stabilitas keuangan, keputusan itu memberikan Naughty Dog kebebasan untuk fokus pada kreativitas tanpa dibebani ketakutan akan kegagalan finansial.
Kini, Naughty Dog tetap menjadi ikon di industri ini, dengan proyek ambisius terbaru mereka, Intergalactic: The Heretic Prophet.
Game ini akan membawa pemain menjelajahi dunia futuristik yang dipenuhi tantangan di planet misterius bernama Sempiria.
Baca Juga: Buat Para Gamers, Ini 4 Rekomendasi HP Terbaik 2025 untuk Main Game Berat
Penjualan ke Sony mungkin menjadi keputusan sulit, tapi terbukti membawa Naughty Dog menuju masa depan yang lebih cerah dan kreatif.***