Indogamers.com - Keberhasilan RRQ Kazu mencapai puncak klasemen FFWS Global Final tidak hanya terletak pada strategi in-game, tetapi juga pada manajemen emosi dan ego yang ketat di dalam tim. Coach Lorenz dan Ikal membahas bagaimana mereka memastikan tidak ada pemain yang hanya menjadi follower dan bagaimana ego ditundukkan demi kemenangan tim.
Mengatasi Yes Man dan Adu Mulut Produktif
Menurut Coach Lorenz, salah satu kunci solidnya RRQ adalah "enggak ada yang jadi follower". Semua lini diberikan ruang untuk bersuara dan menyumbang ide, meski itu berarti sering terjadi perbedaan pendapat.
"Sekalipun kita harus beda pendapat terus adu mulut, ya kita sering banget," ungkap Loren. Ikal membenarkan hal ini, menyebutkan bahwa ia paling sering beradu pendapat dengan Dir dan Maal—untungnya, perdebatan ini sering terjadi di out-game.
Menjinakkan Ego Pemain Bintang
Ikal mengakui bahwa masalah terbesar yang ia hadapi di panggung global adalah "mengendalikan diri sendirinya aja," mengacu pada ego dan rasa khawatirnya. Ia bahkan menceritakan satu momen di Solara saat over-confidence membuatnya terperangkap musuh, yang berpotensi membahayakan tim.
Namun, Ikal menegaskan bahwa di RRQ, ego sudah hampir sepenuhnya hilang. "Karena bocah-bocahnya sudah improve semua, ya menurut aku semuanya enggak ada yang ego lagi," katanya. Masalah diselesaikan sebelum game dengan obrolan, atau langsung setelah game jika ada emosi yang muncul. Tim berjalan berdasarkan masukan cepat, dengan Kapten mengambil keputusan akhir, namun setiap pemain, seperti Ikal, bebas memberikan masukan taktis krusial.
Kekhawatiran adalah Kekuatan
Menariknya, Ikal mengaku dirinya adalah pemain yang masih punya "rasa khawatir". Meskipun over-confidence bisa berbahaya, Ikal menjelaskan bahwa ia lebih suka rasa khawatir yang membuatnya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Kontras dengan sifat pemain lain yang mungkin terlalu PD, Ikal menjaga keseimbangan antara agresi dan kehati-hatian.
Konsistensi Mental Menuju Gelar Dunia
Keberhasilan RRQ Kazu mencapai puncak klasemen di babak Knockout Stage bukan lagi sekadar keunggulan skill individu, melainkan bukti nyata dari matangnya konsistensi mental dan kualitas komunikasi. Di panggung sebesar FFWS Global Final, di mana tekanan datang dari segala arah, kemampuan tim untuk mengatasi ego dan memproses emosi secara cepat—baik melalui adu mulut yang produktif atau dukungan dari Coaching Staff—adalah senjata rahasia yang jauh lebih berharga daripada aim semata.
Dengan fondasi mental sekuat ini, RRQ Kazu tampak siap untuk menatap Indonesia Arena pada 15 November, berusaha membuktikan bahwa tim yang paling harmonis secara internal-lah yang layak menyandang gelar juara dunia.***






















