Indogamers.com - Pernah lihat orang main game tetiba keluar dari game di tengah laga karena frustrasi? Nah, itu salah satu contoh rage quit.
Istilah ini sering digunakan di dunia gaming untuk menggambarkan seseorang yang meninggalkan permainan secara mendadak akibat emosi.
Rage quit bisa terjadi di ragam jenis game, mulai dari MOBA, FPS, battle royale, hingga game fighting.
Fenomena ini cukup umum dan bahkan jadi bahan meme di komunitas gamer.
Namun, apa sebenarnya penyebab rage quit dan bagaimana cara mengatasinya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Apa Itu Rage Quit?

Secara sederhana, rage quit berasal dari dua kata: rage (kemarahan) dan quit (berhenti).
Artinya, pemain yang rage quit hengkang dari game karena emosi yang meluap-luap.
Biasanya, seseorang melakukan rage quit saat kalah terus-menerus atau menghadapi lawan yang tidak sesuai ekspektasi.
Selain itu, bisa juga karena mengalami lag, atau justru jadi korban player toxic.
Baca Juga: 10 Game Open World Terbaik di PS5, Tawarkan Cerita yang Kuat dan Gameplay Dinamis!
Penyebab Umum Rage Quit

Ada banyak faktor yang membuat pemain merasa frustrasi dan akhirnya rage quit, di antaranya:
Kalah Berturut-turut
Siapa yang suka kalah terus? Apalagi lawannya jauh lebih kuat, pasti bikin stres.Rekan Tim Tidak Kompak
Game seperti Mobile Legends, Valorant, atau Dota 2 sangat bergantung pada kerja sama tim. Kalau satu saja tidak serius atau asal main, bisa bikin frustrasi.Serangan dari Toxic Player
Pemain toxic sering kasih komentar negatif, merendahkan, atau bahkan melakukan trolling. Ini bisa memicu amarah.Masalah Teknis (Lag, Bug, atau DC)
Tidak ada yang lebih menyebalkan dari lag saat sedang clutch moment. Jika internet atau server bermasalah, banyak pemain memilih keluar daripada terus bermain dengan kondisi buruk.
Dampak Rage Quit

Meskipun terlihat sebagai hal sepele, rage quit bisa berdampak buruk, lho.
Pertama, merusak pengalaman bermain. Rekan setim yang ditinggalkan harus berjuang lebih keras atau bahkan kalah karena kekurangan pemain.
Selain itu, ada potensi sanksi dari game. Banyak game menerapkan penalti bagi pemain yang sering rage quit, seperti larangan bermain dalam waktu tertentu (cooldown).
Terakhir, ada dampak psikologis. Terlalu sering rage quit bisa meningkatkan stres dan memperburuk suasana hati.
Cara Mengatasi Rage Quit
Kelola Emosi dengan Baik
Ingat, game harusnya untuk bersenang-senang. Jika sudah mulai kesal, coba tarik napas dalam-dalam dan istirahat sebentar.Kurangi Ekspektasi Berlebihan
Tidak selalu bisa menang dalam game itu wajar, jadi lebih baik menikmati prosesnya daripada fokus pada hasil.Gunakan Fitur Mute atau Report
Kalau bertemu pemain toxic, jangan ragu memblokir atau melaporkan mereka agar tidak ganggu pengalaman bermain.Coba Game Mode Lain
Jika mode ranked terasa terlalu serius dan memicu rage quit, coba main di mode santai (casual) untuk nikmati game tanpa tekanan.
Jadi, lain kali kalau merasa ingin rage quit, ingat saja, game itu untuk senang-senang, bukan bikin stres.***