Indogamers.com - Zaman sekarang, kecerdasan buatan (AI) memang canggih banget. Sekali ketik prompt, jadi deh gambar keren. Tapi, kemudahan ini ternyata jadi mimpi buruk buat HRD industri kreatif, lho.
Saking banyaknya pelamar yang memalsukan skill mereka pakai AI, sebuah studio game di Jepang akhirnya mengambil langkah ekstrem. Gak ada lagi kirim-kirim portofolio doang. Kalau mau diterima, kamu harus membuktikan skill-mu langsung di tempat!
Berikut adalah 5 fakta soal tes rekrutmen gaya baru yang bikin pelamar nakal ketar-ketir, dikutip dari laman Dexerto (3/12), cekidot:
1. Wajib Gambar Live di Depan Penguji
Lupakan tes yang bisa dikerjakan di rumah (take-home test). Studio ini mewajibkan pelamar untuk memegang pena digital dan menggambar langsung di hadapan pewawancara saat itu juga.
Tujuannya jelas, memastikan bahwa tangan manusia-lah yang bekerja, bukan algoritma komputer.
2. Gara-gara Banjir Portofolio Palsu
Langkah ini diambil karena studio tersebut mulai kebanjiran lamaran dengan portofolio yang mencurigakan. Banyak karya yang terlihat wah, tapi ternyata hasil generate AI seperti Midjourney atau Stable Diffusion.
Bagi studio game, ini bahaya. Mereka butuh artis yang paham anatomi dan struktur, bukan sekadar orang yang jago bikin prompt.
3. Studio Ternama CyberConnect2 Jadi Pelopor
Meski artikel Dexerto menyebut studio game Jepang secara umum, tren ini dipopulerkan oleh CEO CyberConnect2 (studio di balik Naruto Ultimate Ninja Storm), Hiroshi Matsuyama.
Beliau sempat curhat bahwa dari sekian banyak pelamar, banyak yang gagal saat tes dasar karena ternyata portofolio mereka hasil bantuan AI yang berlebihan.
4. Bukan Cuma Hasil, Proses Juga Dilihat
Dengan tes langsung, penguji bisa melihat proses kreatif pelamar.
Bagaimana mereka membuat sketsa awal?
Bagaimana penggunaan layer-nya?
Seberapa cepat mereka bekerja?
AI bisa membuat hasil akhir instan, tapi tidak bisa memalsukan proses kerja step-by-step yang logis di depan mata manusia.
5. Reaksi Industri: Kejam tapi Perlu
Banyak profesional di industri game yang mendukung langkah ini. Meskipun terdengar menekan (siapa sih yang gak gugup digambar sambil dilihatin?), cara ini dianggap paling adil untuk menyaring bakat murni.
Ini melindungi seniman asli yang sudah belajar bertahun-tahun agar tidak tersingkir oleh mereka yang hanya bermodal software instan.
Penutup
Fenomena ini menjadi peringatan keras buat calon artist. Skill dasar menggambar tangan tetaplah raja. AI mungkin bisa membantu, tapi saat disuruh unjuk gigi secara langsung, kemampuan aslimu-lah yang akan menyelamatkanmu.
Gimana menurutmu? Apakah tes gambar langsung ini wajar atau malah bikin stres berlebihan?***






















