Indogamers.com - Benih komunitas gamer dan e-sports di Jogja tumbuh dari lab-lab komputer kampus.
Seiring berkembangnya teknologi dan kian mudahnya akses komputer, mereka mulai berjejaring.
Untuk menapak tilas jejak komunitas gamer Jogja, Indogamers ngobrol bareng Simson Nababan, Ketua IESPA DIY sekaligus Manajer PSS Esports.
Kami berbincang di Omah PSS pada Senin, 5 Februari 2024.
"Hype-nya gamer itu terbagi jadi beberapa zaman, sudah ada sejak 1998," kata Simson.
"Dulu, karena komputer masih mahal, kita main di lab komputer kampus. Sebagian besar anak UKDW dan Atma Jaya, karena mereka punya lab komputer," lanjut dia.
Adapun pada masa itu, kata e-sports belum dikenal. Istilah yang dipakai untuk orang yang menekuni dunia game adalah pro-gamer, akronim dari profesional gamer.
Zaman dulu yang bikin komunitas gamer hidup adalah kampus-kampus yang punya fakultas Informatika atau teknik komputer, seperti UKDW, Atma Jaya, Ukrim, - Simson Nababan.
Berawal dari lab kampus, mulai 2001 terjadi booming gamenet, rental komputer khusus buat main game, tetapi belum online.
"Di lab komputer kampus jam 8-9 malam sudah tutup, kita pindah ke warnet. Saat itu warnet sewanya Rp5000 per jam dan terhitung mahal, sehingga gamenet jadi pilihan dan booming," terang Simson.
Akhirnya munculah nama-nama gamenet legendaris di Jogja, seperti Battlezone dan Evo 1 sampai 5.
Liga Game
Pada tahun 2002, Eddy Lim selaku founder Liga Game datang ke Jogja dan membawa berita.
Kita mau adain kualifikasi Indonesia buat dikirim ke kompetisi luar negeri, World Cyber Game, Counter Strike - terang Simson, mengingat apa yang disampaikan Eddy Lim.
"Nah, mulailah dari sanalah, cikal bakal komunitasnya di Jogja terbentuk," lanjut Simson.
Liga Game menjadi kiblat pecinta game di Indonesia hingga tahun 2007. Adapun game yang dimainkan di antaranya Counter Strike dan Dota.
Media Gamer Indonesia
Pada tahun 2007, Simson mendapat support dari penyedia layanan internet (ISP) untuk bikin komunitas game di Jogja.
Dia akhirnya menginisiasi pembentukan Media Gamer Indonesia alias MGI.
"Pakai kata media, karena waktu itu ISP yang supoort adalah Jogja Medianet," terangnya.
Komunitas MGI ini bertahan 4-5 tahun, rata-rata pengurusnya masih mahasiswa.
Tidak ada regenerasi, dedengkotnya MGI sudah pada selesai kuliah - ucap Simson, soal mandeknya MGI
Selepas MGI vakum, komunitas game Jogja terpecah menjadi banyak, ditandai dengan munculnya forum-forum game privat server.
Perubahan ini membawa dampak, di mana gamer jadi kurang kompetitif, dan sifatnya menjadi cenderung ke arah rekreatif.
"Dari sisi kompetitifnya, sudah berkurang, lebih menyenangkan main game online daripada main game kompetitif," ujar dia.
Baca Juga: Kenalan Sama Lokapala, Game MOBA Indonesia yang Ajarkan Sejarah dan Budaya
Baca Juga: Sejarah Kemegahan Sega, dari Penguasa Game Konsol hingga Ditumbangkan PlayStation
IESPA DIY
Pada 2014, dibentuk organisasi Indonesia Esports Association (IESPA) Jogja (DIY).
"IESPA awalnya adalah moderator-moderator di Liga Game," terang Simson.
Adapun IESPA langsung menginduk pada Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesai (KORMI) di bawah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Nah, sejak itu menurutku kata e-sports mulai ramai digunakan, tahun 2015, ketika Mobile Legends booming - ujar Simson.