Penyebab Perilaku Negatif pada Anak Akibat Game Online: Dari Mana Asalnya dan Bagaimana Mengatasinya?

Potret ilustrasi anak bermain mobile game. (FOTO: unsplash.com/@thisisgeipenko)

Indogamers.com-Game online kini menjadi bagian dari keseharian banyak anak-anak.

Meski menawarkan hiburan dan interaksi sosial virtual, tidak sedikit orang tua dan pendidik yang mulai mengkhawatirkan dampak negatif dari kebiasaan bermain game yang berlebihan.

Baca Juga: Indonesia Darurat Kata Kasar Imbas dari Game, Ini Langkah Penting yang Bisa Dilakukan Pemerintah Mengatasinya

Terutama ketika mulai terlihat perilaku negatif pada anak, seperti emosi meledak-ledak, agresif, sulit fokus, hingga kecanduan.

Dari mana berasal perilaku negatif itu?

1. Konten Game yang Mengandung Kekerasan

Banyak game online populer yang berisi adegan kekerasan, pertempuran, atau kompetisi ekstrem. Dalam proses bermain, anak belajar bahwa agresi atau kemenangan dengan kekerasan adalah cara utama untuk mencapai tujuan.

Tanpa penyaringan usia atau bimbingan, anak bisa menyerap nilai-nilai tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan nyata.

2. Interaksi Sosial Berbau Verbal Abuse

Game online bersifat multiplayer dan mengandalkan komunikasi antar pemain. Tak jarang anak-anak mendengar atau bahkan ikut menggunakan kata-kata kasar, hinaan, atau ejekan dari pemain lain, bahkan dari para streamer atau tokoh panutan digital mereka.

Lingkungan yang penuh "verbal abuse" ini bisa memengaruhi cara anak berbicara dan memperlakukan orang lain di dunia nyata.

3. Kurangnya Pengawasan dan Pendampingan

Ketika anak dibiarkan bermain game tanpa pengawasan, mereka tidak hanya terpapar konten yang tidak sesuai usia, tetapi juga tidak mendapatkan arahan tentang cara mengatur waktu, mengelola emosi, atau memahami mana perilaku yang patut dan tidak.

4. Lingkungan Sosial yang Kurang Sehat

Jika lingkungan sekitar anak, baik di rumah, sekolah, atau dunia maya, kurang memberikan contoh positif, maka game bisa menjadi pelarian sekaligus sumber nilai yang menggantikan peran lingkungan tersebut.

Anak cenderung meniru apa yang ia anggap “diterima” oleh komunitas gamenya.

Baca Juga: Studi Mengungkap 56 Persen Anak Usia 10-16 Tahun jadi Korban atau Pelaku Kekerasan Verbal dari Bermain Mobile Legends

Masalah yang Timbul Akibatnya

  • Perilaku agresif dan mudah marah

  • Kecanduan dan sulit berhenti bermain

  • Prestasi akademik menurun

  • Gangguan tidur dan kelelahan

  • Menarik diri dari interaksi sosial nyata

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Batasi Waktu Bermain

Terapkan batas waktu harian yang jelas dan konsisten. Gunakan fitur kontrol orang tua (parental control) jika perlu.

Pilih Game yang Sesuai Usia

Cek rating game (seperti dari ESRB atau PEGI) dan konten sebelum mengizinkan anak memainkannya.

Dampingi dan Berdialog

Dampingi anak saat bermain. Gunakan momen itu untuk berdiskusi ringan, bertanya, dan menanamkan nilai-nilai positif.

Arahkan ke Aktivitas Lain

Dorong anak untuk ikut kegiatan fisik, seni, atau komunitas positif yang bisa membentuk karakter dan memperluas dunia mereka di luar layar.

Berikan Edukasi Digital Sejak Dini

Ajari anak untuk bersikap kritis terhadap konten, tahu mana yang layak ditiru dan mana yang tidak. Sertakan pendidikan etika digital dalam kegiatan sehari-hari.

Baca Juga: 5 Fakta Negatif Game Mobile Legends, di Balik Popularitas Menyimpan Potensi Toxic

Perilaku negatif pada anak akibat game online bukan hanya karena gamenya semata, tapi juga dari kurangnya pengawasan, pengaruh lingkungan sosial digital yang toxic, dan lemahnya edukasi nilai positif.

Dengan pendampingan yang baik, pemilihan game yang tepat, dan pembatasan waktu bermain, anak bisa tetap menikmati game tanpa kehilangan nilai-nilai penting dalam hidupnya.***

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI